30 March 2013

Daniel Agger, Casing Preman Hati Malaikat.





Ketika anda melihat sosok Daniel Agger yg bertattoo dengan potongan rambut mohawk bak seorang preman, mungkin yang terlintas dipikiran anda adalah pria ini seorang bajingan. Jika anda beranggapan begitu, anda salah besar!. Dia adalah sosok yang sangat dermawan, bagaimana tidak? Pria kelahiran 12 desember 1984 ini adalah founder dari ‘The Agger Foundation’. Sebuah yayasan yang bertujuan untukmembantu anak-anak yang menderita sakit dan membantu anak-anak yang kurang mampu di negara kelahirannya, Denmark.

Ia juga mendonasikan uangnya senilai £500.000 atau setara dengan Rp7,6 miliar untuk perusahaan limbah milik adiknya Marco Agger yang diberi nama ‘KloAgger’ yang bergerak di bidang toilet di Denmark. Tak heran jika fans Liverpool FC tidak mau kehilangan sosok Daniel Agger. Pria yang dilapangan bak seekor singa yang melindungi anaknya(re: gawangnya) dari serangan musuh, tetapi ketika diluar lapangan ia seperti malaikat yang dikirim tuhan untuk membantu anak-anak yang nasibnya kurang beruntung, Sungguh luar biasa pria ini.Satu pesan dari saya, Jangan pernah menilai seseorang hanya dari luarnya saja.

Sekian dari saya, kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. I’ve got the move like DAGGER!.

@erlaaand.

Read more ...

29 March 2013

Lika Liku #37

Layaknya kisah percintaan anak SMA yang indah diawal dan dengan bangga nya bercerita tentang kebahagian nya kepada teman teman nya perihal perasaan nya tentang pacar nya dan sekejap berubah menjadi cerita yang berisi hinaan sampai aib sang mantan kekasih tanpa ada rasa belas kasihan mereka luapkan ke teman teman mereka.

Jika yang ada dipikiran anda ketika melihat foto diatas adalah Voldemort yang memiliki alis dan hidung yang bagus maka anda salah. Dia adalah pemain asal Slovakia yang telah memenangkan 3 kali penghargaan sebagai pemain Slovakia terbaik, yakni tahun 2007,2008 dan 2011. Dia juga yang memenangkan Standard Chartered Liverpool Player of the Season 2012. Jika saya masih kurang lengkap memuji pemain ini maka silahkan diingat kembali bahwa dia pada musim pertama nya di Liverpool dirinya menjadi tandem Carragher dan memaksa Agger menjadi opsi ketiga setelah Carra dan dirinya.

2011-2012
Tahun terbaik Skrtel di Liverpool sejauh ini. Mendapat julukan “The Terminator” dan pemain yang berkontribusi sangat besar akan raihan luar biasa dari taktik King Kenny yang membuat Liverpool masuk ke dalam 5 tim yang mempunyai jumlah kemasukan gawang paling sedikit. Pemain yang memiliki permainan cukup keras dan kerap adu mulut dengan pemain lawan ini merupakan Great Wall Of China nya Liverpool. Torehan 4 goal nya musim ini merupakan catatan yang bagus untuk pemain yang bermain lebih deep daripada Agger. Jika memang harus dinilai pemain ini memang pemain yang paling konsisten musim lalu. Tidak salah jika dia mendapatkan Player of the Season pada musim ini.

2012-2013
Performa yang buruk dan tidak memuaskan nya musim ini membuat dia mendapat “hukuman” dari Brendan Rodgers. Dari mulai membangku cadangkan dirinya dan mendapatkan kritikan di depan public dari sang pelatih yang merupakan ciri khas dari Rodgers untuk menampar pemain yang bermain tidak sesuai dengan keinginan nya. Skrtel pun merasakan apa yang dirasakan Downing. Skrtel-Agger merupakan duo partner yang sangat amat bagus. Dalam hal komunikasi atau pun pertukaran posisi dua pemain ini ibarat dua pasangan yang hanya member sebuah tanda maka akan mengerti maksud dari pasangan nya. Dua pemain ini juga yang akan maju ke depan jika ada pemain Liverpool mendapat perlakuan kasar dari pemain lawan. Sayangnya dalam beberapa minggu terakhir kita jarang melihat dua pemain ini. Berdasarkan statistic Defensive Error Skrtel memang pemain yang memiliki catatan tertinggi yang membuat dirinya sering menjadi alasan ketika Liverpool kalah.
Terlihat jelas di gambar tersebut bahwa ada yang salah dengan Skrtel musim ini. Wajar saja jika Brendan Rodgers harus membangku cadangkan dirinya. Seakan sudah menjadi sebuah template penampilan yang buruk akan linear dengan rumor akan dijual nya pemain tersebut. Situasi ini pun yang menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi pemburu berita yang tinggal mengkaiktkan pemain ini dengan beberapa klub yang siap menampung nya. Dan seperti orang yang langsung tergiur akan bujukan untuk join ke dalam multilevel marketing maka beberapa fans pun berteriak bahwa saatnya Skrtel untuk pindah klub. Ironi ketika musim lalu pemain ini merupakan pemain kunci dan selalu dipuja lalu seketika dilupakan dan dicaci maki.


Statistik Skrtel musim lalu. Dari MP (Matches Played) pun terlihat margin besar dalam hal ini. Penurunan sebesar 11 pertandingan adalah sebuah statistic memalukan yang terjadi pada seorang pemain yang memiliki catatan pemain yang paling improve musim lalu dan mendapatkan sebuah award sebagai pemain terbaik untuk klub. Dan jangan dilupakan bahwa Skrtel pada musim yang sama ketika dia memenangkan penghargaan tersebut dia mememangkan pemain terbaik bulan februari.

  • Why Skrtel Why?

Mari kita ber-opta opta atau menjadi Michael Cox wanna be dengan menganalisa turun nya perfroma Skrtel.

  • -          Taktik ala Brendan?

Sebuah alasan bodoh jika saja Skrtel bermain buruk karena taktik yang dipakai oleh Brendan yang menuntut nya bermain pada posisi yang lebih high melebihi high nya orang yang sedang menikmati ganja. Jika ada pemain bertahan Liverpool yang diragukan untuk bermain dalam taktik ini adalah Carra, karena di usia nya seperti itu wajar jika menguras tenaga harus back to back dari belakang ke tengah dan ke belakang lagi. Kenapa Skrtel bermain buruk? Fokus yang hilang terutama ketika melakukan passing ke kiper.

  • -          Personal?

Baru saja memperpanjang kontrak nya pada musim ini dan berkontribusi untuk membuat tattoo “96” untuk seorang fans Liverpool merupakan bentuk loyalitas luar biasa dan bukan hal yang pribadi atau bentuk protes dari dirinya untuk menurunkan performa permainan nya. Dengan tawaran dari klub untuk memperpanjang kontrak nya seharusnya Skrtel sadar akan dirinya sangat dibutuhkan klub dan dicintai fans dan membalas nya dengan permainan luar biasa bukan jumlah kesalahan bertahan dengan jumlah yang besar.

  • -          Partners?

Agger , Glen Johnson¸ Jose Enrique dan Reina bukan lah pemain yang tidak memiliki kualitas. Agger dan Glenjo memiliki catatan paling bagus dalam defensive error dan Enrique masuk kedalam 3 besar left-back yang memiliki catatan gemilang. Jadi, kenapa Skrtel? Mungkin dia harus menanyakan hal ini kepada Downing ketika Downing berada dalam posisi yang sama seperti yang dia rasakan sekarang.

Penampilan impresif musim lalu, menjadi pemain kunci pada musim lalu, mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik musim lalu dan selalu dipuja dan diagungkan. Maka tidak salah jika mengkaitkan Skrtel musim ini layaknya kisah percintaan anak SMA yang indah diawal dan dengan bangga nya bercerita tentang kebahagian nya kepada teman teman nya perihal perasaan nya tentang pacar nya dan sekejap berubah menjadi cerita yang berisi hinaan sampai aib sang mantan kekasih tanpa ada rasa belas kasihan mereka luapkan ke teman teman mereka.

Dia harus mengingat kembali sebuah motto hidup yang pernah diucapkan nya 
"You can fall a thousand times but you will stand up and go on."

'Tulisan ini dibuat ketika sedang mengalami orgasme selama empat kali dan maaf jika terdapat huruf yang berlepotan seperti sperma yang muncrat dan berlepotan di dalam mulut wanita jalang'

@kevzdaniel 
Read more ...

25 March 2013

We Should Have Missed Dirk Kuyt.


Apa yang pertama kali terlintas di kepala Anda saat disodorkan kata "Belanda" ? Bunga Tulip? Kincir Angin? Keju? Dam? atau Red Light District? :)



Bila Anda adalah seorang fans Liverpool, sebagian besar juga akan mengingat si blonde anak nelayan yang didatangkan dari Feyenoord, Dirk Kuyt. Si pemain posisi sayap yang kita rindukan. Ya, seharusnya kita rindukan. Mari kita bicarakan sedikit si pekerja keras ini.

Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa kita merindukan dia. Mungkin dia tak sepopuler Luis Suarez, tak banyak diidolakan kaum hawa layaknya Downing atau Suso. Tapi dia spesial dan merupakan sosok pahlawan bagi LFC, bagi banyak pendukung LFC dan tentu saja bagi saya. Labelisasi living legend atau hanya pemain yang sekedar nyangkut di ingatan itu kembali pada pandangan masing-masing.

Siapa tak ingat hattrick nya saat mengalahkan Manchester United, 6 Maret 2011? salah satu momen yang memorable. Atau 2 golnya dari titik putih saat melawan The Toffees di tahun keduanya membela The Reds? Semuanya emosional, seperti gol-golnya yang lain, yang tak jarang terkemas di saat-saat krusial. Anda akan melihat sosok berambut emas seperti melayang, melaju, mendekati area gawang lawan dan memanfaatkan kesempatan-kesempatan terakhir. Namun bagi saya, yang paling tak terlupakan adalah match Bolton Wanderers vs LFC , 30 September 2006 . Memang, LFC kalah 2-0 dari Bolton. Tapi di match yang pelik kala itu, adalah saat dimana saya pertama kali jatuh cinta pada Meneer pirang ini. Pada saat itu, kepalanya bertabrakan keras dengandefender Bolton yang mengakibatkan luka dan kepalanya bersimbah darah. Rambut keemasannya seketika berubah menjadi merah, layaknya seragam yang dia kenakan. Tunggu. Dia terus berlari, tanpa drama kesakitan yang berlebihan bak diri tertiban langit. Walau akhirnya beberapa saat setelah itu dia berlari kedressing room untuk mendapatkan perawatan. Namun, dia kembali lagi ke lapangan untuk melanjutkan perjuangannya. Barulah pada menit ke-49 dia digantikan oleh Crouch. Betapa peristiwa itu membuat tercengang. Saya tak melepaskan pandangan dari televisi seraya berpikir betapa kuatnya manusia ini.

Sungguh kegigihan dan semangat juangnya yang pantang kendur itu benar-benar membuat kita terkesima. Bagaimana tidak? perasaan yang luar biasa bisa menyaksikan seorang pemain asal dari Katwijk, yang hampir saja menjadi nelayan mengikuti jejak sang Ayah, dapat menunjukan atraksinya yang powerful bersama LFC. Terima kasih pada keputusannya dulu yang lebih memilih menggantungkan nasibnya di lapangan rumput, bukan pada debur ombak di laut.

Dirk Kuyt  juga disandingkan dengan Phil Neal, Jan Molby, Billy Liddle, Danny Murphy dan Steven Gerrard sebagai "The Most Accomplished Penalty Taker".  Disamping mengemas 51 gol di Premiership sepanjang karirnya di LFC, catatan yang baik juga dia torehkan di musim 2010/2011. Dirk Kuyt hanya melewatkan 5 match EPL saat itu. Sungguh seorang pekerja keras. What a treasure LFC had back at that time. Incredible job, Dirkie!

And believe me, he's more than just a footballer in Liverpool. Dia punya kehidupannya disana. Paling tidak, sampai dia berkemas dan pindah ke negara kebab. Dia memiliki sebuah yayasan, "Dirk Kuyt Foundation" yang mewadahi & mendukung orang-orang berkebutuhan khusus.  Selain itu mungkin ada yang masih ingat tribut-nya pada Hillsborough Memorial Service tahun lalu. "It was an honour to read psalm 23 @ the hillsborough memorial service. Let there be justice for the 96. They will never be forgotten!!" begitu pungkasnya di akun twitter pribadinya.  Begitu pula dengan kehidupan bermasyarakatnya. Seperti yang dikutip dari website resmi LFC , anak perempuan tertuanya, Noelle sekarang sudah fasih berbahasa Inggris. Faktanya, bukan saja bahasa Inggris, dia bahkan berbicara bahasa Scouse. Roan dan Jordan juga begitu, mereka memiliki nama Inggris dan karena mereka lahir di Liverpool, tampaknya mereka layak disebut Scouser. Untuk tambahan, dari yang saya baca di salah satu forum LFC bahwa kabarnya Dirk Kuyt membeli beberapa rumah di Liverpool dan salah satunya disewa oleh Keluarga Lucas Leiva. Menarik bila kita menyadari bahwa Dirk Kuyt dan beberapa former player LFC belum benar-benar melepas hatinya dari Liverpool.

6 tahun penuh kerja keras harus berakhir dengan berbagai alasan. Mungkin LFC punya kesempatan kerja keras untuk diberikan ke pemain lain, sementara Dirk Kuyt pun masih menginginkan hal yang sama. Menandatangani kontrak dari klub Turki menjadi gong penanda berakhirnya masa kita menikmati kegesitannya bersama squad merah. Hampir 1 tahun berlalu, namun dia tetap masih menjadi pahlawan saya dan akan selalu menjadi pahlawan saya.

Ada yang menjulukinya "Duracell" layaknya baterai tahan lama yang pantang padam. Ada pula yang menjulukinya "The Flying Dutchman" karena larinya yang sangat cepat bagai terbang. Atau kalau boleh mengutip julukan Carra untuknya : "like he has a parachute on". Apapun julukannya, pasti membekas pada ingatan kita jasa-jasa dan kerja kerasnya. One of many Liverpool's hero. A working class hero. A humble man who gives us fever. Dirk Kuyt, he knows how to do it. Dank u wel, Meneer! #KuytFever.


@hannybunch
Read more ...

Seberapa Masokisnya Kita.

Everything I Do, I Do It For You adalah sebuah judul lagu yang melegenda didunia, anda tidak berada di planet Bumi jika anda tidak tahu lagu ini. Atau mungkin anda adalah alien yang lebih baik harus segera mencari tukang jahit terdekat untuk meminta dibuatkan sebuah jubah dan mulai berpikir memakai celana dalam diluar.



Lagu-lagu The Beatles termasuk salah satu dari sedikit lagu yang mampu melintasi zaman sama seperti pertanyaan klub sepakbola Merseyside yang mereka gemari? Apakah Everton atau Liverpool? Daripada kita berdebat panjang akan lebih baik jika kita memutuskan bahwa mereka tidak satupun yang menggemari sepakbola.

Saya dalam kesempatan Sabtu lalu sempat mengikuti acara REDUCATION yang diakan oleh beberapa akun independen, cukup menarik menyikapi kata-kata salah seorang pembicara acara tersebut, yang menyebutkan bahwa supporter sepakbola itu adalah yang terfanatik didunia dan punya kecenderungan masokis. Saya tidak tahu ada dilevel yang mana ke-masokis-an para Liverpool fans.

Seperti orang jatuh cinta, anda maju memperjuangkan perasaan, melakukan apa saja untuk seseorang yang beruntung tersebut. Anda akan men-support apapun yang mereka lakukan walaupun kondisi moody dan anomali dari pribadi yang anda sukai tersebut kadang membuat anda tersakiti. Anda akan kembali melakukan pendekatan lagi, anda akan dibawa terbang tinggi melalui kata-kata yang menurut anda manis, padahal menurutnya biasa saja.

Hal ini secara tidak langsung menyerang mental, baik anda sadari atau tidak. Tindakan ini tanpa disadari membentuk sebuah kebiasaan yang tidak bisa dihindari, anda ketagihan, Liverpool atau gadis/laki-laki yang anda gemari tidak bisa memenuhi asupan mental anda yang senantiasa ingin dipenuhi.

Bohong jika anda tidak tersakiti saat Liverpool kalah. Bohong jika anda tidak tersakiti saat orang yang anda sayangi kecewa, apalagi dikarenakan sikap anda. Jika anda tidak tersakiti maka secara otomatis itu bukan cinta. Siapa yang tega melihat Liverpool harus terdampar ditempat yang bukan semestinya? Kekalahan bisa menghampiri kapan saja, dan masalahnya anda akan tetap kembali mendukung, menyemangati walaupun dengan resiko untuk kembali kecewa.

Bagi saya, Liverpool adalah klub tradisional yang isi Anfield stadium dipenuhi 3 generasi. Seorang kakek berumur yang memerlukan bantuan untuk menuruni tangga, seorang ayah yang dengan sabar menuntun kakek tadi dan kemudian kita sebagai cucu dan anak dari keturunan keluarga pergenerasi. Seperti lagu yang kekal tak tertelan zaman, kecintaan terhadap Liverpool didengarkan melalui pendengaran melalui rasa, melalui kebiasaan. Lintas zaman dan generasi bukanlah hal yang mustahil walaupun memang banyak yang akhirnya salah jalan dan tidak bertaubat.

Tidak peduli dimanakah Liverpool sekarang seperti apa atau dulu seperti apa, kita sebagai sekumpulan penggemar yang jatuh cinta akan tetap pasrah tersakiti berkali-kali tapi tetap mengulangi kebiasaan. 
  
Pemain film dewasa bergenre masokispun tidak bisa menandingi betapa masokisnya penggemar Liverpool FC. Tapi tidak apa-apa, saya dengan senang hati akan datang kembali, saya sudah terlanjur jatuh cinta pada Liverpool FC.

@MahendraSatya
Read more ...

22 March 2013

Enjoy Your Party, Suarez.


Oh alangkah terkejut melihat tajuk berita yang menuturkan Luis Suarez  akan menyambut baik tawaran salah satu klub di zona Champion. Kaget? Tentu. Karena menempel pada ingatan saya bahwa dia tidak akan meninggalkan LFC, tim impiannya kala kecil, untuk sebuah trofi bersama klub lain. Terlepas dari itu sungguh-sungguh dia katakan atau tidak, media paling pintar membuat kita gamang.



"No one's bigger than the club".  Oke, klub kita besar. Namun mengapa saat kita miliki pemain hebat yang ikut membesarkannya (dalam hal ini Suarez) sosok tersebut ingin meninggalkan klub? Lagi-lagi quotes King Kenny dipertanyakan.

Sebut saja Luis Suarez "The Villain" itu memang ingin prestasi lebih di klub lain dengan tentu saja tidak stay di klub nirgelar Merseyside ini. Lalu cap jahat yang diekspos media akankah jadi kita yakini juga? Tunggu dulu. Semua kompetisi pasti ada tujuannya : juara. Bukan hanya skor yang lebih dari lawan, melainkan juga catatan prestasi, rekor bagus dan penampilan memukau yang tak terlupakan. Mungkin begitu pula yang dipahami Suarez. Untuk apa dia menjadi pemain bola 'kadung' terkenal kalau bukan ingin juara? Dia butuh tambahan trofi atau medali untuk dibagi fotonya kepada followersnya. Lebih dari itu dia butuh titel untuk dibanggakan negaranya, keluarganya, juga untuk diceritakan pada Delfina, bahwa ayahnya adalah seorang pesepakbola hebat. Kalau sepakbola hanya dia pahami sebagai ajang fun dan mengisi waktu luang, mungkin Luisito masih berada di Uruguay. Bermain bola di kampung halamannya, Salto, bersama teman-teman sebayanya. Tanpa harus memikirkan membawa pulang trofi bentuk apa. Lagipula klub elit yang disebut-sebut tampaknya rela merogoh kocek dalam untuk memboyong & menggaji Suarez. Reality bites. Money can't buy happiness, but money can bought your Fernando Torres, two years ago. Angry?

Ya, kompetisi itu kaku. Juara atau tidak juara. Yang fleksibel itu adalah pemaklumannya yang kian berbuntut. Pemakluman untuk memaklumi apa yang belum bisa dicapai.


Mengutip berita The Guardian 21 Maret 2013 : " Suarez sedang berada di performa yang hebat untuk Liverpool. Dengan 29 gol di 40 pertandingan. Tapi harus diakui, dengan posisi klub yang sedang "dalam bahaya" melewatkan kualifikasi Europa, mereka berada di situasi yang sulit".  Jika berpatokan pada wacana tadi, wajar Suarez membuka dirinya untuk dikontrak klub lain. Ambisi dan prestige yang lebih tinggi, lumrah dikejar. Pastinya, selain kecintaan yang dia tunjukkan, Suarez juga ingin mempersembahkan titel premiership yang (semoga) sukses menyumpal rongrongan setan merah kota tetangga yang cerewet akan pencapaian titel 19 mereka. Juga menambah koleksi gelar Champions League ke 6 di jajaran gelar LFC. Namun bila merujuk pada performa klub yang bak roller-coaster, untuk berada di puncak klasemen dan menembus zona Champions League agaknya sedikit muluk untuk dicapai LFC.



Klub elit lain barangkali dianggap memperlancar tujuannya itu, calon fans baru pun mungkin sudah menunggu persembahannya .Silakan melambai dan merelakan. 

Bukan hilang keoptimisan, ini realita. Sisa pertandingan sudah bisa dihitung oleh jari.  Mari berharap untuk lain waktu, Suarez... bila kau masih disini.

Kesimpulannya, itu semua spekulasi bila dia memang benar akan menerima klub lain untuk memberikannya kontrak. Tapi coba pikir lagi. Menyambut bukan berarti akan pasti menerima, bukan?  Take it easy, fans. Seperti  Anda menerima undangan pesta dari teman, Anda tentu akan menyambutnya dengan baik. Tapi, bisa datang atau tidak itu belum tentu. And it's totally fine. Suarez masih mempunyai kontrak hingga 2017. Dan ada kemungkinan pula rumor seperti ini hanya kreasi media untuk mengundang ekspektasi transfer musim panas yang terlalu awal. Makum, Suarez "lagi bagus". Bila Suarez ternyata lebih suka pesta kecil sederhana di kota pelabuhan ini, tidak perlu khawatir dia akan menerima ajakan datang ke pesta mewah di klub seberang.  Dan bila dia memang saat ini puas-puas saja akan apa yang dia dapatkan di pesta kecil sederhana ini, beruntunglah kita. After all, mari kita nantikan kejutan-kejutan selanjutnya dari El Pistolero.  Semoga kita segera dapat menghadirkan pesta besar dan mewah untuk menjamunya. Enjoy your party, Suarez... *cheers*


@hannybunch
http://straightlikemary.tumblr.com
Read more ...

Luis Suarez: Do We Deserve You?



Sudah beberapa hari ini timeline Twitter serta headline media olahraga dibanjiri berita yang lebih mirip teror tentang Luis Suarez. Lebih parah, berita Luis Suarez dan kemungkinannya 'minggat' ke klub A, B, C selalu menghantui para Kopites nyaris setiap minggu. Tentu berbagai reaksi bermunculan. Saya sendiri menjadi sibuk mengamati berbagai tipe reaksi para fans mengenai rumor tentang Suarez yang menjadi momok menakutkan bagi kita setiap hari. 



Dimulai dari mereka yang terlalu optimis bahwa Suarez akan tetap memilih berada di Liverpool karena memang betul belum lama ini dia sendiri menyatakan akan bertahan meski Liverpool kembali gagal masuk ke zona Liga Champion seperti yang saya kutip dari Daily Mail tanggal 31 Januari 2013, "If you want to know what will happen to me if we don't qualify for the Champions League, then I will say this: I have a contract with Liverpool and I am very happy here. I will stay.

Kemudian ada yang pasrah menerima kenyataan bahwa Luis Suarez yang merupakan satu-satunya pemain kelas dunia di dalam klub selain Steven Gerrard, pemain terbaik Copa America 2011 dan kandidat kuat top scorer BPL 2012/13, pantas mendapatkan hal yang lebih dari sekedar main di Liga Eropa, tersingkir, tertendang keluar dari kompetisi domestik dan berkali-kali dipermalukan tim papan bawah. Namun ada juga yang tidak begitu peduli. Kenapa bisa? Mereka adalah yang berani percaya dengan mitos yang menyebutkan bahwa pemain berpotensi jauh lebih baik daripada pemain berpengalaman.

Jika saya adalah Luis Suarez yang notabene adalah pemain dengan kemampuan, kelincahan dan kecerdikan diatas rata-rata namun sayangnya selalu menjadi bulan-bulanan para media di negara tempat saya tinggal dan harus selalu ditempeli label 'rasis' kemanapun saya pergi yang mungkin telah membuat saya menjadi public enemy di dunia sepakbola Inggris. Belum lagi, klub saya yang kadang maju 2 langkah tetapi selalu mundur 5 langkah di laga berikutnya. Apakah saya akan bertahan? Bagi saya, sudah pasti saya akan memilih pergi ke klub di luar negri. Saya tentu memilih sebuah tempat dimana orang-orang tidak memusuhi dan menyudutkan saya tapi justru lebih mengapresiasi apa yang saya mampu lakukan, ke klub yang bisa memberi saya kenikmatan dan indahnya bermain di malam Kamis dan tentu klub yang bisa menghadiahi saya piala-piala bergengsi. Dengan bakat sebesar ini, mata saya sudah gatal dengan kilauan piala. Saya seharusnya berada di sebuah tempat yang pantas memiliki dedikasi dan diri saya.

Hebatnya, entah bagaimana, Luis Suarez yang asli tetap menjadi setitik sinar matahari yang menyelundup masuk diantara gelapnya mendung yang menyelimuti klub kita tercinta ini. Ia membuat kita kesusahan membedakan optimis dan delusional atas sebuah kemungkinan kalau Suarez adalah seseorang yang suatu hari berperan besar dalam membubuhkan warna emas di langit Liverpool yang kelam sehabis badai seperti yang ada di lirik 'You'll Never Walk Alone', "At the end of the storm, there's a golden sky..."

Namun, saudara-saudara, badai belum berlalu. Selama badai belum selesai, langit tidak akan berubah keemasan. Saya tidak akan menyalahkan Luis Suarez jikalau suatu hari ia disadarkan akan kehadiran sebuah klub yang lebih pantas menerima jasanya dan mampu memberikan apa yang seharusnya telah ia dapatkan, bukan klub medioker ataupun klub in progress.




Kontrak Luis Suarez dengan Liverpool FC berjalan hingga 2018. Sampai waktu tersebut, klub memang mempunyai kekuatan terbesar dalam memutuskan apakah ia harus pergi atau tidak. Kontrak juga salah satu hal paling berpengaruh dalam menentukan masa depan si pemain. Klub berwenang menahan pemain meski ia memutuskan untuk pergi. Kita hanya mampu harap-harap cemas jikalau suatu hari tikaman pisau menusuk jantung dalam bentuk berita berjudul semacam, 'Luis Suarez Has Submitted a Transfer Request' di Liverpoolfc.com. Sayangnya, bayangan tumpukan uang yang akan ditukarkan dengan Luis Suarez tentu saja sangat menggiurkan bagi klub yang kebetulan sedang dihantui peningkatan hutang dan yang paling penting, klub juga tidak akan dengan mudah mengambil resiko dengan menahan pemain yang tidak lagi punya keinginan bermain untuk klub. To quote the King Kenny Dalglish, "No one is bigger than the club."

Pada akhirnya, saya tahu bahwa diantara semua hal negatif yang harus dipikulnya selama ia berada di Liverpool FC, Luis Suarez betul-betul menyimpan rasa cinta kepada klub dan merasa begitu dicintai oleh seluruh bagian dari Liverpool FC; Supporter, manajer, staff, para legenda. Meski begitu, perlu diingat Luis Suarez berada di dalam masa emasnya penjadi pesepakbola profesional. Ia pantas mendapatkan berbagai hal yang jauh lebih baik di masa depan. Akankah ia menunggu? Itulah jawaban yang kita semua cari sekarang.

Lalu sebagai suporter, kita bisa apa?

Kita bisa mengatur ekspektasi kita, berkomentar banyak dan realistis demi mencegah sesama suporter dari sakitnya terbangun paksa dari mimpi. Liverpool FC bukan lagi klub yang dengan mudah menarik pemain berkualitas dan perlahan, para pemain bintang dengan mudahnya pergi nyaris setiap musim, tapi saya percaya kita bukan satu-satunya orang yang bermimpi karena di dalam seorang Luis Suarez terdapat seseorang yang dulu benar-benar pernah bercita-cita bermain di klub ini seperti salah satu kutipan interviewnya yang saya ambil dari the Telegraph, 1 Maret 2013, "I always say the same thing, every kid or young player growing up dreams of playing here at Liverpool, and today, here I am, highly privileged doing just that".

Maka dari itu, hanya ia yang tahu kapan harus berhenti bermimpi ketika sesungguhnya kenyataan tidak berjalan sesuai dengan apa yang ia cita-citakan tentang dirinya dan Liverpool FC saat kecil dulu karena realita berkata bahwa Liverpool FC yang kini bermimpi untuk terus memiliknya.

@anninox
Read more ...