navbar
18 March 2014
12 March 2014
North West Derby: Mencoba Optimistis
Tiga hari ke belakang menjadi hari yang cukup berat untuk
saya. Entah karena dosa terlalu banyak menghujat manajer klub Setan, atau
memang kondisi tubuh yang menurun drastis, saya hanya tergolek lemas di tempat
tidur dalam tiga hari super membosankan itu.
Tenggorokan rasanya seperti diserang tusukan mematikan trio
SSS Liverpool yang sedang on-fire saat ini. Tak ada yang bisa dilakukan selain
menikmati rasa sakit yang ada. Pun batuk dan pilek yang tampil cukup stabil
laiknya The Reds yang baru sekali terlempar dari empat besar sepanjang musim
ini.
Karena hanya bisa, tidur, makan, tidur, makan, maka pikiran
mulai terfokus pada sebuah laga akhir pekan nanti. Sebuah laga yang tentunya
sangat ditunggu oleh Kopites dan para fans Manchester United. Pertemuan ketiga
musim ini antara Liverpool dengan Man. United yang dihelat di Old Trafford.
Sebuah laga yang sebenarnya menjadi seru karena rivalitas
antar keduanya saja. The Reds berada di peringkat kedua dengan 59 poin
sementara Setan Merah ada di peringkat enam dengan 48 poin. Sesuatu yang jarang
terjadi karena dalam beberapa tahun terakhir pertemuan keduanya, Man. United
yang selalu berada di atas Liverpool.
Tak ada beban yang teramat besar bagi keduanya pada laga
tersebut, selain gengsi. Liverpool tentu ingin meneruskan momentum apik tak
terkalahkan di Premier League pada 2014. Pun tiga poin pada laga tersebut akan
terus menghidupkan asa para fans yang sangat yakin The Reds bisa mengangkat
trofi Premier League musim ini, dan terus mendongak ke atas bukan melirik ke
bawah klasemen.
Setan Merah sendiri saat ini berselisih sembilan poin dengan
Manchester City (yang memiliki tabungan tiga laga) di pos keempat. Mereka juga
bakal meladeni match hidup mati melawan Olympiacos pada midweek setelah laga
kontra Liverpool tersebut. Konsentrasi David Moyes dipastikan terpecah. Mana
yang jadi prioritas?
Jika saya adalah fans Man. United, maka Ashley Young, Danny
Welbeck, dan Antonio Valencia akan jadi prioritas melawan Liverpool. Kemudian,
Juan Mata, Adnan Januzaj, Shinji Kagawa, dan Wayne Rooney untuk laga melawan
Olympiacos. Anda tentu mengerti maksudnya.
Tetapi mengistirahatkan pemain andalan ternyata tak terlalu
berefek besar, melihat AC Milan yang mengistirahatkan sembilan pemain saat laga
Serie A demi Liga Champion, pada akhirnya tetap dibantai 1-4 oleh Atletico
Madrid. The Chosen One jelas lebih mengerti ketimbang saya. Mungkin 0 poin pada
kedua match ke depan adalah pilihan cukup bijak bagi Moyes.
Ah, sebuah tanda tidak bagus. Melihat banyaknya kepercayaan
diri dari teman-teman, cukup sukses membawa diri ke tingkat optimisme yang
signifikan. Mencoba peruntungan sesekali tak apa dilakukan. Terlalu egois
memang diri ini untuk selalu pesimistis dan mengharapkan hasil positif
didalamnya. F*ck Myself!
Sebenarnya jika sedikit flashback, rekor Liverpool di OT
bisa dibilang cukup bapuk. The Reds hanya sekali menang dari sembilan laga
terakhir Premier League di Theatre Of Dreams, sisanya harus bertekuk lutut.
Mengingat Liverpool adalah tim yang paling sering dihadiahi
penalti musim ini (7 penalti), Man. United tak pernah kebobolan dari titik
putih di kandang mereka itu sejak terakhir kali terjadi 31 Desember 2011.
Apalagi wasit yang memimpin nanti adalah Mark Clattenburg, Congratulation
Enjoy!
Betapa pentingnya gol cepat pada laga nanti. Seperti yang
diketahui, kepercayaan diri The Anfield Boys acap melambung ketika berhasil
mencetak gol terlebih dahulu. Masih ingat laga Capital One antara kedua tim
musim ini? Laga pertama dimana Luis Suarez comeback dari sanksinya? Saat itu
Man. United berhasil menahan Liverpool di babak pertama dan mencetak gol pada
awal babak kedua dari kaki Chicharito yang menjadi gol sematawayang.
The Reds mencetak 47 gol pada babak pertama musim ini di PL
dimana satu gol lebih banyak dari total gol Man. United yang hanya 46. Apalagi
Liverpool menjadi salah satu tim tertajam saat tandang. Hanya Arsenal yang
berhasil clean sheet di Emirates dari 16 laga tandang terakhir Merseyside Red.
Sebenarnya saya malas menuliskan beberapa stat ini, tetapi
bolehlah sesekali kita membanggakan diri dan optimistis melihat lawannya nanti
adalah musuh yang menyebalkan dalam beberapa tahun terakhir.
Ketika perdebatan antar fans yang mendukung klub yang sama
mulai terlihat absurd dan aneh, mari kita kembali menyatukan suara demi tim
yang dicinta. Pada hakikatnya, banter yang benar adalah banter dengan suporter
klub lain. Banter yang masuk akal dan tak lebay tentunya.
Waktunya mengalah atas keegoisan diri, menatap stats
positif, momentum istimewa, tanpa rasa sombong dalam diri. Waktunya mendukung
tim sepenuhnya tanpa embel-embel tersirat. Be
Optimistic this Weekend? Okay Guys, i'll follow u all. Let's go and beat the
Satan!
Written By: @redzkop
5 March 2014
Liverpool "Sudah" Juara
"Liverpool Berpeluang Juara! Liverpool tampil istimewa
dan tak biasa! Liverpool memiliki permainan atraktif dan menjadi yang ditunggu
para penggemar Premier League! Liverpool Tim tertajam di Inggris! Liverpool
memiliki duet striker terbaik di Inggris bahkan dunia! Luis Suarez sebanding
bahkan lebih baik dari Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo! Liverpool membuat
pemain-pemain lokal Inggris terlihat paham akan taktik! Pemain muda terbaik
Inggris bermain di Anfield!"
Sebuah musim yang luar biasa. Siapa yang menyangka Liverpool
berada di posisi seperti sekarang. Brendan Rodgers sendiri bahkan tak mengira
dan memprediksikan Liverpool baru bisa bersaing di empat besar musim depan.
Harapan yang telah lama terkubur. Cinta yang lama buta dan tak berbalas.
Sisa-sisa pertandingan Premier League akan jadi sport
jantung luar biasa bagi seluruh fans. Seperti kata Daniel Sturridge. Sisa laga
adalah final. 10 final tersisa bagi The Reds untuk meraih mimpi. Ketika melihat
rekor-rekor buruk patah secara berturut-turut, ketika melihat Liverpool menjadi
tim kesukaan suporter netral bersama AS Roma dan Atletico Madrid, sungguh luar
biasa.
Segar melihat sebuah harapan datang. Bahagia memandang layar
TL penuh dengan nada-nada positif, yang saya pribadi masih sulit melakukannya.
Ketakutan yang bercampur dengan antusias besar. Sebuah perasaan bergejolak tiap
laga. Mungkin musim ini menjadi musim yang paling menarik dari segala sisi
teknis maupun nonteknis untuk Merseyside Red selama saya mengikutinya.
Rodgers saat ini menarik perhatian banyak fans sepak bola.
Mengingatkan mereka kepada sosok Jurgen Klopp saat membuat Borussia Dortmund
yang nyaris bangkrut kembali ke tempat seharusnya. Rodgers memang tak
meluap-luap seperti Klopp. Tapi dia memaksa para fans untuk mengingat ikon Liverpool,
Bill Shankly, pada tiap selebrasinya belakangan ini. Kedua tangan diangkat ke
atas membentang dengan ekspresi semringah, serupa sang Legenda.
Tetapi, apa arti sesungguhnya display Liverpool saat ini?
Juara adalah keinginan semua fans. Sudah siap jadi suporter tim juara? Sesuatu
yang mau tak mau, akan membuat kejemawaan itu dengan sengaja diperlihatkan.
Anda tak bisa menampik bahwa trofi akan membuat fans sebuah tim semakin banyak.
Bisa dilihat progres jumlah fans Liverpool setelah mengangkat trofi Liga
Champion 2005. Pun dengan Chelsea setelah mengangkat trofi yang sama pada 2012
dengan pragmatismenya.
Satu yang dapat ditelisik. Liverpool musim ini sudah lebih
dari juara menurut saya pribadi. The Reds bermain seperti tim berkembang tanpa
cara instan. Melihat berjalannya filosofi B-Rod. Filosofi atraktif dengan
banjir gol pada tiap laga. Pun keberuntungan memetik tiga poin meski tak tampil
maksimal. Apalagi, bursa transfer Liverpool musim panas dan musim dingin lalu
bisa terbilang tak cukup memuaskan.
Ketika uang membanjiri tim-tim besar Premier League seperti
Chelsea dan Manchester City. Ketika Arsenal baru mampu mengeluarkan dana segar
setelah lunasnya stadion tanpa trofi. Pun Man. United yang memberikan gaji
kepada Wayne Rooney tak masuk akal, Tottenham Hotspur yang belanja
besar-besaran, Liverpool mematahkan mitos Money Talk tersebut. Gaji anyar Luis
Suarez sebesar 200 ribu pounds perpekan pun menjadi terlihat biasa saja.
Entah Blessing in Disguise karena Rodgers mengerti kemampuan
Ian Ayre lebih menonjol untuk mencari sponsor komersial, sehingga dia bisa
fokus kepada minimnya pemain dan memberi kesempatan beberapa pemain akademi
bertalenta. Benar-benar seperti klub sepak bola seutuhnya. Tak modern tapi
bertaji. Tak kaya tapi menggigit.
So, saat ini yang patut ditunggu bukan dimana Liverpool
finis akhir musim. Tetapi, bisakah kita menikmati The Reds yang semenarik ini
pada musim-musim berikutnya? Apakah persaingan di Premier League akan sekeras
musim ini pada tahun-tahun mendatang? Menikmati 10 laga sebagai pencinta sepak
bola utuh rasanya menjadi yang pilihan yang paling nikmat.
Prediksi saya memang tak pernah tepat. Pun hanya memprediksi
The Reds finis peringkat enam musim ini pada awal musim. Tetapi melihat progres
istimewa, rasanya dimana pun Liverpool finis nanti tak menjadi masalah.
Liverpool sudah juara di hati para penggemar lewat hasrat dan nafsu yang
diperlihatkan musim 2013-14.
Tak ada yang tahu masa depan dan apa yang akan terjadi
nantinya. Cinta kita kepada tim ini memang tak akan hilang, tetapi, belum tentu
Liverpool memberikan timbal balik cinta sespesial musim ini. Mungkin tak akan
ada Aly Cissokho dengan senyum cintanya itu musim depan. Mungkin Liverpool akan
kembali tertimpa masalah dan tidak stabil. Mungkin Premier League semakin membosankan
dan Liverpool dapat juara dengan nyaman tanpa tensi. Mungkin Real Madrid siap
menggelontorkan 101 juta euro untuk Luis Suarez. Who Knows?
Written By: @redzkop
Subscribe to:
Posts (Atom)