25 June 2013

Meraba Kekuatan Anyar The Reds

Sudah cukup lama saya absen menulis absurd. Kehilangan ide, rasa bosan yang berlebihan, dan menunggu langkah apa yang dilakukan tim favorit pada bursa transfer kali ini, menjadi alasan untuk rehat sejenak. Disini, saya mencoba kembali dengan menulis sesuatu yang sempat tertunda beberapa kali.




Brendan Rodgers sempat berbicara sesaat setelah musim 2012-13 berakhir. Dia mengaku butuh tenaga ekstra dari seluruh penggawa sejak pramusim nanti. Yang dimaksud seluruh penggawa adalah, Rodgers berusaha mendatangkan seluruh pemain anyar yang dibutuhkan sebelum laga pramusim dimulai. Tidak mudah, namun, cukup berhasil sejauh ini.

Jujur, tak ada nama besar yang datang (bahkan diincar) sejauh ini. Luis Alberto dan Iago Aspas adalah sosok potensial yang dianggap bisa membuat skuat lebih dalam. Ya, keduanya adalah andalan, andalan Barcelona B dan Celta Vigo yang jelas tak ada apa-apanya ketimbang incaran Manchester United yang seorang kapten Spanyol U-21 berdarah Italia, Spanyol, dan Brasil, serta back-up utama Xavi Hernandez di Barcelona.

Nama-nama tersebut jelas masih kalah kelas ketimbang Gonzalo Higuain dan Wayne Rooney yang menjadi incaran utama Arsenal. The Gunners, tim yang menurut pandangan saya paling berpeluang mengangkat trofi Premier League musim depan, melihat Emirates telah lunas dan mereka memiliki dana lebih dari 55 juta pounds untuk belanja.

Ah saya lupa, ada nama tertinggal. Kolo Toure, sosok kunci dibalik trofi Premier League terakhir Arsenal. Ya, 10 tahun kemudian dia memilih Liverpool setelah datang tanpa dana. Melihat langkah The Reds, saya yakin Simon Mignolet akan menggenapi empat pemain anyar Liverpool sebelum bursa transfer resmi dibuka 1 Juli nanti (atau mungkin sudah bergabung saat tulisan ini dinaikkan).

Tidak ada ekspektasi tinggi untuk para pemain anyar. Kita sebagai pendukung sudah trauma dengan ekspektasi terhadap Stewart Downing, Fabio Borini, hingga Oussama Assaidi. Rodgers menyadari itu, dia mengambil pemain-pemain yang diyakini bisa menjadi "team player" bukan "individual player".

Pembelian ketiga pemain tersebut sangat jelas, agar ada setidaknya dua pemain berkualitas pada satu posisi yang sama. Toure akan menjadi sosok berpengalaman untuk menggenggam lengan Daniel Agger atau Martin Skrtel jika terpeleset. Mignolet? saya sama sekali tak bisa membayangkan kiper utama Belgia ini datang untuk menjadi cadangan Pepe Reina. Pernyataan Reina dan Rodgers, hanya "bulshit" sambil menunggu Victor Valdes memilih pergi sekarang atau tahun depan.

Aspas bakal diprioritaskan menempati pos Downing sebagai inverted winger kanan yang versatile dan bertukaran dengan Daniel Sturridge sebagai striker. Saya rasa Rodgers harus memberi penghargaan untuk Downing yang bermain sangat baik musim ini. Bertahan setidaknya satu musim lagi adalah pilihan bijak.

"Bukan pilihan sulit ketika Liverpool memberikan penawaran. Aku siap untuk sukses bersama tim ini," nada optimisme Aspas muncul ketika pertama kali diwawancarai. Berbeda dengan Aspas yang saya anggap sebagai team player yang sangat baik, meski mukanya seperti Assaidi versi nakal. Saya sangat tertarik ketika Luis Alberto datang.

Saat itu, saya sedang mengendarai mobil dan terbilang telat mengetahui penggawa Sevilla ini bergabung. Sosok yang dengan pe-de menganggap posisi terbaiknya adalah false nine ini menjadi pemain anyar pertama Liverpool yang berfoto dengan kostum kebanggaan di Melwood. Kedatangan Alberto jelas membuat Liverpool memiliki lebih banyak pilihan terkait formasi yang akan dipakai.

Setelah untuk pertama kalinya bermain dengan Trequartista musim lalu, saat Philippe Coutinho menjadi penyihir tim, kedatangan Alberto membuat The Reds memungkinkan untuk bermain tanpa striker dengan sengaja. Banyaknya pilihan akan sangat baik untuk beradaptasi dengan lawan di Premier League yang beragam. Luis Alberto juga bisa menjadi penyerang lubang dan winger kiri. Ya, winger kiri, goodbye Raheem Sterling.

Apalah saya ini, sudah sangat optimis dengan pemain-pemain level sedang yang dibeli The Reds. Efek "We Are The Next Season Team" memang acap muncul di musim panas seperti ini. Henrikh Mkhitaryan akan menyempurnakan penyerangan Liverpool jika datang. Namun, tak akan dalam waktu dekat melihat pemilik Mkhitaryan mencapai 16 orang dan baru dua orang yang berhasil di lobi Ian Fucking Ayre.

Dua sosok yang akan menyempurnakan Liverpool, menurut opini bodoh saya adalah bek kiri dan gelandang bertahan murni. Sayangnya, belum ada target yang benar-benar terdengar kebenarannya di media. Lucas Digne, bek kiri muda paling potensial Prancis milik Lille, sepertinya akan memilih PSG. Sedangkan, Victor Wanyama, gelandang bertahan kekar manis ini malah mendekati Southampton, terlepas dirinya membuat pernyataan lebih senang bergabung dengan Liverpool atau Arsenal.

Bursa transfer memang masih lama berjalan. Tentu akan ada pemain-pemain yang dikorbankan dan mungkin pemain-pemain tak terduga yang datang. Meski begitu, tak ada salahnya berdoa untuk tim kesayangan kita ini. Sebuah tim yang berharap menembus empat besar dengan kekuatan kolektif. Luis Suarez? Saya tak punya waktu membahas sosok yang terlalu banyak omong kepada media.... Kecuali 1, harga jualnya yang tinggi.

By: @FakeRegista
Sumber Gambar: Google.com
Read more ...

19 June 2013

Gado-Gado Sepakbola (dari sejarah panjang hingga kecintaan dan kesetian)

Ada cinta yang lebih aneh dari sekedar perasaan cinta sepasang anak manusia, perasaan yang mengharapkan adanya hubungan timbal balik dan saling melengkapi.
dua puluh dua (22) , aku menyukainya bukan karena angka itu sama dengan tanggal dan jam kelahiranku.

22 itu angka hebat dan ajaib, setidaknya itu menurutku.



Aku pernah bercerita kepada seseorang tentang teori 22 ku.
Tentang dua angka kembar yang menghadap ke arah yang sama secara berdampingan.
Mari berandai-andai sebentar ,
Ibaratkan dua angka itu adalah sepasang kekasih muda, yang harus mengesampingkan urusan cinta-cintaanya untuk menatap cita-citanya, mengejar impianya dengan jalan hidup masing - masing untuk satu tujuan yang sejatinya sama.
Saat dimana dua angka kembar itu berhadapan adalah ketika takdir Tuhan menyatukan mereka.
Intinya 22 itu simbol kekuatan cinta,
Bagaimana angka 22 itu bisa saling berhadapan dan membentuk 'Love'
Itu membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tak mudah, apa yang membuat hubungan itu tetap terjaga? Ya kekuatan cinta itu sendiri.
Ah Lupakan teori konyol ini.

Sebenarnya yang ingin aku tulis adalah cinta yang lebih aneh itu.
Cinta pada sepakbola, permainan membosankan dengan 22 orang berebut satu bola, ah aneh sekali memang.  Anda harus melek tengah malam demi menonton bola,
rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk sekedar membeli jersey klub pujaan, mengumpulkan merchandise dan pernak - pernik lainya, menghiasi kamar, kendaraan dengan atribut klub.
Segala sesuatu yang melambangkan klub kesayangan, merasa perlu dan harus anda miliki.
Ya anda berusaha menunjukan betapa cintanya anda kepada klub yang anda dukung.

Sepakbola telah melaui sejarah yang panjang.  Berawal pada abad ke 2 sebelum masehi.
Di negeri Cina yang ketika itu masih dalam kepemimpinan Dinasti Han. Para tentaranya diberi latihan fisik dengan cara menendang bola kulit memasukan ke dalam jaring kecil yang diikatkan pada batang-batang bambu panjang. Setiap Pemain membidikan bola ke dalam jaring kecil menggunakan kaki, dada, punggung, serta bahu sambil berusaha menahan serangan dari lawan.
Mereka menyebutnya dengan“tsuchu”.

Di Yunani orang lebih mengenal “episkyros”sebagai permainan pra sepakbola, dan di Romawi orang menyebutnya“harpastum”
Sebuah permainan menggiring bola hingga melewati garis batas lawan, dengan langkah dan terkadang melakukannya dengan segala tipu muslihat.
Namun olahraga ini dianggap tidak manusiawi, dan akhirnya dilarang diseluruh eropa.


Ya Sepakbola pada masa itu belumlah memiliki aturan yang jelas, dan cenderung ke arah kekerasan.
sebuah alasan yang membuat Raja Felipe V di tahun 1319 melarang keras sepakbola di perancis.
Bukan hanya itu, di Amerika bagian tengah, orang Indian memainkan sepak bola dengan jumlah pemain hampir seribu orang yang terbagi menjadi 2 tim, (lebih menyerupai perang antar suku) yang digelar di lapangan super luas. Dan jika skor masih imbang, mereka akan melakukanya berhari - hari sampai mendapatkan pemenangnya.


Permainan sepakbola telah ada sejak ribuan tahun lalu, mengelilingi berbagai negara, singgah di satu benua ke benua lainya.
Dengan berbagai nama dan cara memainkanya.
Tapi di Inggrislah permainan ini disempurnakan.
Meski pada awalnya permainan bola di Inggris tak kalah brutalnya, bahkan lebih brutal,

Mulai dikenalkan sepak bola pada abad ke delapan di Inggris, permainan ini sempat dilarang serta dianggap sebagai permainan setan karena menggunakan kepala tengkorak sebagai bola.
Dan mengakibatkan ratusan orang meninggal hanya dalam satu pertandingan.


Inggris memang bukan leluhur sepakbola,
Tapi Inggris adalah ibu dari sepakbola modern.
Inggrislah yang menyempurnakan permainan sepakbola,
dengan tata aturan yang jelas serta membuat kompetisi bertajuk English Footbal League, kompetisi pertama sepakbola modern di dunia.

Sepakbola tak lagi hanya soal permainan berebut bola, menendang tanpa aturan,kebrutalan.
Tapi tentang harmonisasi permainan di lapangan, saling adu taktik dan strategi, serta keindahan.
Sepakbola kini tak hanya melulu soal menang dan kalah, atau prestise semata.

Tapi sepakbola modern mengusung pesan moral dan sosial.
Sepakbola mengajarkan pada setiap penikmatnya tentang apa itu Fair play sebagai spirit di setiap pertandingan,
Membuat banner besar bertuliskan 'Respect' dan menyematkanya di lengan jersey setiap pemain, kampanye ''terselubung'' ini punya tujuan yang jelas, menyadarkan pada setiap orang Untuk saling menghargai dan menerima perbedaan dalam masyarakat, suku, ras, agama, dan kewarganegaraan sekalipun agar tercipta kehidupan yang damai.

Cina patut berbangga karena telah diakui sebagai leluhur olahraga yang paling dipuja dijagat raya ini.
Tapi mereka juga harus menyesali kecerobohan mereka membiarkan seorang Marco Polo keluar hidup - hidup dari negerinya dengan membawa ilmu tsuchu yang dipelajarinya,
Kemudian memainkanya di eropa.
Lantas Eropa Mengadopsinya ( kalau tak mau disebut mencuri) mengembangkanya hingga membuat benua biru ini maju dengan permainan itu.


Dan aku menjadi bagian orang 'aneh' yang mencintai sepakbola.
Usiaku baru 6 tahun, ketika pertama kali menonton sepakbola di televisi.
saat sebuah kompetisi akbar bertajuk FIFA WORLD CUP edisi keenam belas digelar di Perancis.
Yang mengantarkan lagu ''la copa dela vida'' milik Ricky Martin sebagai lagu of the year ditahun 1999 .
Sejak saat itu aku mulai memainkanya sendiri, atau bersama teman di lapangan.
Atau hanya sekedar memainkanya di game ninetendo jaman dulu yang tampilan visualnya masih macam robot itu hingga semanusiawi game PS3 sekarang.

siapa yang pertama kali mempunyai ide tentang Televisi?
Aku belum sempat mencari tahu.
Tapi Aku harus berterimakasih kepada Tuan Skotlandia bernama John Logie Baird, untuk penemuan kotak ajaib itu.
Aku berterimakasih pada kotak berukuran 14'' itu yang mengenalkanku pada sepakbola.


Sejarah yang panjang Sepakbola tumbuh dan berkembang dibelahan bumi yang sayangnya bukan tempat aku berpijak.
klub - klub hebat silih berganti mulai bermunculan, menawarkan pesona, ketangguhan dan kehebatan, ada yang baru promosi, tak sedikit yang sedang berjuang dimasa transisi, ada juga yang terus mempertahankan dominasi.
Dan aku hanya mampu menyaksikanya dari jarak ribuan kilometer .

Ya aku berada dibelahan bumi ketiga,
Seorang Supporter yang hanya mampu mendukung lewat layar kaca,
bukan hanya tentang jarak yang menyempitkan kesempatan aku menonton langsung,
Tapi juga tentang bagaimana waktu nyaris berbanding terbalik.
Aku Harus memperpanjang waktu siangku, meski tak jarang sering ketiduran ketika menonton.

Sejak dulu Aku mengidolakan Opa Arsene Wenger, yang mungkin sejak ia kecil sudah diikatkan benang merah dengan Arsenal.
Aku lahir di perayaan ke 43 tahun kelahiranya.
Dan aku berharap suatu hari kami bisa merayakan ulangtahun bersama, makan kue tart dan berfoto bersama mungkin.
Meski dengan jersey yang berbeda.
karena Liverpool menjadi pelabuhan terbaik untuk anak ingusan macam aku.


Kenapa  harus Liverpool?

Ketika banyak klub memberikan anda opsi lebih baik untuk didukung.
Setidaknya anda tidak akan lama - lama ikut merasakan hausnya puasa gelar, punya uang melimpah yang mampu membeli pemain bintang yang mungkin anda idamkan juga.

Kenapa aku harus rela begadang tengah malam, menyanyikan You''ll Never Walk Alone tanpa henti ?
Apa mereka akan mendengar suara ku?
Apa mereka juga akan melihat jika aku menonton hampir setiap pertandinganya?

Aku Hanya seorang 'WOOLS'
Yap supporter yang hanya mampu mendukung lewat layar kaca.
Meski Aku tak suka sebutan itu, yang seolah mendiskreditkan peran supporter Layar kaca.
Apa mau dikata lagi.

Liverpool FC bukan hanya sekedar klub sepakbola,
Tapi mereka adalah keluarga besar
Yang akan terus berjuang bersama menuntut keadilan.
Mereka Mengajarkan pada kita tentang cara hidup yang indah,
Tentang berbagi kepedulian kepada sesama manusia, menghibur anak - anak yang hanya mampu terbaring diranjang Rumah sakit.
Tidak peduli bendera mana yang ia kibarkan.
Karena setiap orang pantas mendapat kebahagiaan, hingga orang - orang tak beruntungpun mampu tersenyum hingga akhir hidupnya.


Bagiku Liverpool FC adalah klub yang spesial, yang tetap mencoba bangkit dengan kekuatan dan kemampuan sendiri, dengan uang 'seadanya'.
Dan semoga selalu begitu.
Kucuran dana melimpah mungkin akan membuat klub ini mampu membeli pemain top eropa dan membawa ke tahta juara yang selalu diidamkan.
Tapi jika itu harus 'menghilangkan' apa yang telah menjadi kesejatian klub, ya meskipun itu sifatnya sementara.
Itu sama artinya dengan orang yang sedang menjual dirinya sendiri.
Liverpool itu berbeda, dan tidak akan pernah sama dengan klub manapun.

Silahkan anda pilih, terus berjuang dengan Idealisme klub.
Atau menerima untuk bersikap Realistis jika sepakbola masa kini tak bisa dipisahkan dari unsur matrealisme itu sendiri.


Liverpool FC tidak butuh pemain macam Leo Messi ataupun C. Ronaldo.
Kami hanya ingin pemain yang sama spesialnya dengan klub ini,
Bukan pemain kelas dunia, dengan gaji fantastis.
Tapi pemain yang rela bekerja keras, punya loyalitas dan kelapangan.
Karena pemain yang tidak hanya mengejar uanglah yang akan merasakan betapa bangganya bermain untuk Liverpool.


Sejujurnya aku supporter yang biasa saja, dengan batasan - batasan yang memang telah ada atau sengaja dibuat.
Aku tak pandai melakukan chant – chant seperti pendukung Liverpool lainya,
Tak memiliki banyak koleksi Jersey Liverpool,
Tak mampu membeli tiket untuk menonton langsung Liverpool di Anfield.
Dan banyak lagi keterbatasan itu.

Tapi apa itu mengurangi nilai kecintaan seseorang terhadap sesuatu?
Marilah jangan lagi kita melihat sesuatu dari apa yang terlihat saja.

Jadilah supporter yang pintar,
Fanatik boleh, tapi juga harus tau kode etik.
Jangan sampai hanya karena klub sepakbola yang ada nan jauh disana ,
Anda saling berkelahi, berdebat dengan kata kasar dan kotor.
Betapa bodohnya bukan?
Anda bahkan tak terdengar dan terlihat oleh mereka.
Ironis... ?

Sepakbola disadari atau tidak sejatinya mengajarkan tentang kesetiaan, kesetian supporter pada klub pujaanya.
Yang dengan sukarela meluangkan waktu tidurnya untuk menonton bola, tak henti mendukung meski klub itu dalam posisi paling buruk sekalipun. Karena memang seharusnya dalam kondisi seperti apapun tidak akan membuat anda selingkuh ke klub lain.



''Aku punya banyak pilihan dalam kehidupan.
Tapi aku hanya punya satu klub sepakbola dan satu gadis impian diseumur hidupku''

@masilland
Read more ...

2 June 2013

Mediokeritas, Salah Siapa?

Agak sedikit lucu jika ada seseorang yang menggangap dirinya lebih mengerti keadaan orang lain ketimbang orang yang sedang berada dalam situasi itu sendiri.



Ketika Anda beranjak dewasa, sebutlah masa SMA, setidak-tidak pedulinya Anda dengan dunia luar dalam rangka mengejar nilai rapor berangka sembilan di seluruh mata pelajaran, Anda pasti mempunyai teman yang dekat. Ambil kata Anda sedang ada dalam situasi tertentu, ia adalah yang pertama tahu. Jika Anda dalam sebuah masalah, maka ia secara otomatis, walaupun mungkin bukan yang pertama, akan tahu.

Beberapa dari kita menganggap orang ini sebagai "tempat pelampiasan" jika terlalu banyak pikiran di otak, seseorang yang mau mendengarkan. Tapi tidak jarang orang-orang ini bukan orang yang bisa mendengarkan tapi seorang yang sotoy luar biasa. Mencoba pura-pura mengerti dan memberikan solusi yang sangat tidak masuk diakal tanpa diminta. Orang semacam ini sebetulnya tidak tahu apa-apa walaupun mereka terkesan tahu. Bahkan, ada beberapa yang mengklaim bahwa ia mengetahui segala sesuatu tentang Anda. Iya, saya juga kesal kok.

"Tidak ada yang mengenal diri Anda lebih baik dari Anda sendiri," petikan kalimat dari seorang filosof yang saya gagal ingat namanya. Orang-orang sok tahu tadi mestinya harus segera menghentikan kebiasaan mereka untuk berkata, 'loe tuh ketebak banget, gue ngerti banget elo kaya' gimana.'

Entah kenapa hal yang disampaikan di atas adalah pendahuluan yang cukup relevan kepada kasus mediokeritas Liverpool. Tidak secara langsung memang tapi saya mencoba menarik garis lurus jika Anda sudah terlalu kusut untuk mencari kebenaran.

Beberapa waktu lalu IndoLiverpoolFC memberikan pandangannya mengenai kasus mediokeritas yang dialami Liverpool tahun belakangan. Ini kasus penting karena saya mencintai klub ini seperti juga Anda, bukan Anda yang mendukung klub ini karena membenci Manchester United.

Saya beruntung bisa bercerita kepada calon anak-anak saya nanti bagaimana keajaiban Istanbul, Cardiff, dan final-final dramatis lainnya karena saya adalah saksi mata. Tentu apa yang dikatakan bahwa Liverpool adalah tim medioker menyakitkan seperti memberi jeruk nipis di atas luka lecet lalu berjoget-joget saat melihat kita meringis. Tapi saya setuju dengan hal tersebut.

Liverpool terjebak dalam mediokeritas yang terbentuk dari ketidakmampuan, mismanagemen, ketidakstabilan dan yang paling parah kenyamanan. Tapi mari mengecilkan faktor-faktor yang disebutkan itu menjadi hal yang lebih sederhana dan relevan. Masalah mentalitas dan inkonsistensi seperti yang dibahas beberapa waktu lalu.

Mentalitas bukanlah skill individu dari kaki pemain. Mentalitas bukanlah bagaimana sang pemain mampu membuat lawannya jatuh sambil menangis minta diampuni karena telah dilewati dengan cara yang hina. Mentalitas adalah kemampuan untuk terus menerus bermain dengan performa yang stabil. Bahkan, mungkin, jika tidak berperforma bagus pun tim masih bisa meraih kemenangan. Mentalitas itu bisa dibentuk, dan hal itu lebih mahal dari sekedar uang.

Ada beberapa pendapat yang kebetulan muncul, bahwa pendapat ini sangat salah. Apalagi jika orang tersebut telah beradu pendapat atau meminta petuah dari sang guru besar yang notabene adalah suporter tim rival.

Dengan sangat yakin orang ini datang dengan bangga bahwa menurut rekannya yang suporter Man United beranggapan bahwa Liverpool sudah melakukan pembelian dan mempunyai skuat yang sangat baik musim ini. Pendapat bahwa skuat Liverpool ini punya mentalitas yang tidak sesuai dengan nama besar Liverpool adalah salah total. Liverpool itu bagus apalagi materi pemainnya.

Well, saya tidak akan menyalahkan pendapat tersebut karena semua orang bebas berpendapat. Apalagi jika pendapat itu semakin bisa saya mengerti. Suporter Man Utd akan tetap beragumen seperti itu, mungkin, karena ia senang melihat kebawah papan klasemen. Pantas kan jika Liverpool tetap berada di papan tengah klasemen dengan pemain-pemain kelas dunia.

Martin Skrtel, ia terlihat bagus musim lalu, dan ia adalah pemain terbaik musim lalu kenapa pemain botak pemakan paku ini berubah begitu drastis musim ini? Di lapak saya yang lain, saya pernah bilang bahwa ia terjebak dalam zona nyaman. Tapi saya menarik argumen itu dengan mengatakan, ia tampak bermain bagus karena rekan setimnya yang lain tidak lebih bagus dari dirinya musim lalu.

Joe Allen, ia dibawa dengan susah payah dari Swansea atas permintaan Brendan Rodgers. Teman saya yang suporter Man Utd berkata bahwa Allen adalah pemain yang bagus berpotensi. Mungkin sekarang ia sedang menertawakan dirinya sendiri melihat Allen yang bermain tanpa rasa percaya diri. Dengan melupakan catatan statistik, kontribusinya lebih bagus saat ia cedera dan tidak bermain.

Ada perbedaan mencolok saat Xabi Alonso dan Fernando Torres yang datang dari Spanyol. Mereka tidak berada dalam tim yang penuh hingar-bingar seperti Barcelona dan Real Madrid disana. Kedua pemain ini potensial, dan mereka berada dalam asuhan dan tangan yang tepat. Dalam hal ini bukan hanya pelatih, tapi tim secara keseluruhan. Para pemain ini datang sebagai penambah amunisi, saat itu di Liverpool mentalitasnya adalah mentalitas pemenang. Bukan mentalitas yang penting tidak kalah sekarang ini.

Hal tersebut patut dicamkan dan harus diperbaiki karena saya, emotionally, tidak rela Liverpool harus berjuang mendapatkan Carling Cup setiap tahunnya seperti Swansea atau Wigan, klub ini jauh lebih ambisius daripada itu. Liverpool yang saya kenal berjuang hingga peluit panjang dibunyikan untuk menang. Seperti laga-laga yang dulu saya saksikan.

Brendan Rodgers mudah-mudahan benar dengan kata-katanya yang mencari konsistensi. Dan pemain dengan konsistensi tidak ada dalam timnya yang terdahulu. Saya lagi-lagi setuju bahwa ia mencari seorang pemenang, dan saya doakan ia berhasil membawa mereka yang punya mentalitas seperti itu untuk datang.

Satu orang dengan mentalitas berbeda sudah memutuskan pensiun, Kolo Toure tidak akan mengambil posisi Carragher sebagai salah satu legenda yang saya lihat sejak debut pertama kali hingga ia pensiun musim ini. Tapi langkahnya untuk menggantikan sosok pemimpin dengan pemimpin sangat penting di kamar ganti sudah sangat tepat secara teori.

Anda punya cara sendiri dalam mendukung Liverpool, begitu juga saya. Saya tidak meminta untuk menjadi pelatih di Liverpool karena saya tidak berkompetensi untuk hal tersebut. Dan menjadi kritikus juga bukan hal yang jelek-jelek amat tapi yang menjadi persoalan adalah saat ada orang lain yang sok mengetahui persoalan rumah tangga klub ini seakan-akan mereka lebih mengetahui dari suporter tim itu sendiri. Setidak tahunya saya apa yang terjadi dalam tim, setidaknya saya mengikuti setiap laga tim ini bertanding dan bisa menilai apa yang terjadi di lapangan secara kasat mata.

Melihat ke depan cermin akan lebih bijaksana untuk berkaca kenapa tim ini bisa menjadi tim papan tengah yang nanggung saat meraih posisi 4 tidak bisa, tapi terlalu bagus untuk menjadi tim yang berada di papan tengah.

Liverpool Football Club lebih hebat dari cuma sekedar posisi 7. Come on, wake up!

@MahendraSatya
Sumber gambar: Google.com
Read more ...