3 December 2013

Macan Itu Menghabisi "Ayam Kampung" Bukan Liverbird

Ekspektasi tinggi muncul pada awal musim ini pada kubu Liverpool. Bagaimana tidak. The Reds tanpa diduga berhasil mengawali 11 laga Premier League dengan menawan.


Hanya mengalami dua kekalahan dari tim yang notabene memang sedang menanjak, Southampton dan Arsenal, rasa-rasanya Hantu bernama Konsisten terkait hasil mulai terbukti.

Mengapa terkait hasil? Karena banyak laga yang berhasil dimenangkan The Reds karena keberuntungan ketimbang sebuah filosofi menawan. Brendan Rodgers yang katanya tidak memiliki filosofi lain selain "sepak bola atraktif" faktanya membawa aroma pragmatisme ke dalam skuat.

Ketajaman dan Keegoisan SaS jadi kunci sukses Liverpool sejauh ini. 18 gol dicetak mereka dari total 25 gol musim ini. 5 gol berawal dari kaki Sang Supernova Steven Gerrard. Ketiga sosok tersebut seakan memiliki peran sangat vital di tim. Liverpool pun bercokol di peringkat kedua.

Sayangnya, penyakit lama The Reds yang kurang mampu memanfaatkan situasi mulai terjadi. Hasil imbang melawan Swansea saat berhasil membalikkan keadaan lalu disamakan, hasil imbang "lucu" melawan 10 pemain Newcastle United, serta hasil imbang pada Derby Merseyside yang sebenarnya mampu dimenangkan jika mental pemenang itu ada kala memimpin 2-1, menjadi bukti bahwa ada masalah dengan tim ini.

Puncaknya terjadi akhir pekan lalu. Untuk pertama kalinya Liverpool takluk dari tim menengah ke bawah. Ketika kejemawaan membawa kita ke kepercayaan diri tingkat dewa, Macan yang bukan Persija ini melahap Liverbird, ups, mungkin lebih tepatnya melahap "Ayam Kampung" mentah-mentah. Laga yang membuat setengah fans LFC tertidur ini, bisa dikatakan sangat pragmatis. 

Sayangnya, Kepragmatisan Tim saat itu sama sekali tak membuat Dewi Fortuna tertarik. Kebobolan tiga gol dari Hull City, dan hanya mencetak gol "lagi" dari bola mati, The Reds Nil Kreatifitas.

Victor Moses dan Raheem Sterling yang diharapkan bisa membantu Suarez, malah berlarian random tanpa tujuan. Suarez mati kutu, Gerrard-Lucas-Henderson harus dibully oleh Penyanyi Afro bernama Tom Huddlestone, 4 bek? Saya tak mau membicarakan 4 sosok yang tampil underperform itu.

Kekalahan tersebut membuat The Reds untuk pertama kalinya keluar dari posisi 3 besar musim ini dan berada di pos keempat. Pos akhir batas zona Liga Champions yang menjadi target musim ini.

Sebuah target yang tak bosan-bosannya disuarakan Rodgers, Gerrard, Suarez, dan hampir semua pemain LFC saat diwawancarai musim ini. Mungkin hanya Kolo Toure yang dianggap lebay karena yakin Liverpool adalah salah satu contender Premier League musim ini.

Ya, kita masih harus bersyukur berada di peringkat empat saat ini. Tapi dibalik itu, perbedaan hanya tiga poin dari peringkat sembilan, Tottenham Hotspur, bisa jadi sebagai alarm untuk B-Rod. Terpeleset sedikit saja, bisa-bisa kita yang jatuh ke peringkat tersebut pada akhir tahun.

Norwich, West Ham, Cardiff, serta tiga tim dengan skuat yang jelas lebih dalam, Tottenham, Chelsea, dan City, mengantri pada Desember ini. LFC seperti tak ditakdirkan terus jemawa setelah Daniel Sturridge harus absen 2 bulan, diikuti Philippe Coutinho dan Jose Enrique yang dua level di atas back-upnya masing-masing.

LFC seperti ingin menyadarkan bahwa mereka belum memiliki skuat maksimal untuk menjuarai Liga. 

Bahkan, jika kembali bermain seperti "Ayam" bukan Liverbird laiknya melawan Hull, bukan tidak mungkin tujuan bukan kembali ke empat besar, tetapi finis di pos lebih baik dari musim lalu "sebut saja peringkat enam" dan bukan tidak mungkin B-Rod akan berkata "Setidaknya kami berada di posisi lebih baik dari musim lalu" pada akhir musim.
 
Written by: @redzkop

2 comments:

  1. Objection!! Mengingat harga ayam kampung cukup mahal di pasar..maka saya lebih setuju jika diganti dengan Ayam Tiren :p

    ReplyDelete
  2. Berharap Mamadou Sakho diberi kesempatan lebih...

    ReplyDelete