Oh
alangkah terkejut melihat tajuk berita yang menuturkan Luis Suarez akan
menyambut baik tawaran salah satu klub di zona Champion. Kaget? Tentu. Karena
menempel pada ingatan saya bahwa dia tidak akan meninggalkan LFC, tim impiannya
kala kecil, untuk sebuah trofi bersama klub lain. Terlepas dari itu
sungguh-sungguh dia katakan atau tidak, media paling pintar membuat kita gamang.
"No
one's bigger than the club". Oke, klub kita besar. Namun mengapa
saat kita miliki pemain hebat yang ikut membesarkannya (dalam hal ini Suarez)
sosok tersebut ingin meninggalkan klub? Lagi-lagi quotes King Kenny
dipertanyakan.
Sebut saja Luis Suarez "The Villain" itu memang ingin prestasi lebih di klub lain dengan tentu saja tidak stay di klub nirgelar Merseyside ini. Lalu cap jahat yang diekspos media akankah jadi kita yakini juga? Tunggu dulu. Semua kompetisi pasti ada tujuannya : juara. Bukan hanya skor yang lebih dari lawan, melainkan juga catatan prestasi, rekor bagus dan penampilan memukau yang tak terlupakan. Mungkin begitu pula yang dipahami Suarez. Untuk apa dia menjadi pemain bola 'kadung' terkenal kalau bukan ingin juara? Dia butuh tambahan trofi atau medali untuk dibagi fotonya kepada followersnya. Lebih dari itu dia butuh titel untuk dibanggakan negaranya, keluarganya, juga untuk diceritakan pada Delfina, bahwa ayahnya adalah seorang pesepakbola hebat. Kalau sepakbola hanya dia pahami sebagai ajang fun dan mengisi waktu luang, mungkin Luisito masih berada di Uruguay. Bermain bola di kampung halamannya, Salto, bersama teman-teman sebayanya. Tanpa harus memikirkan membawa pulang trofi bentuk apa. Lagipula klub elit yang disebut-sebut tampaknya rela merogoh kocek dalam untuk memboyong & menggaji Suarez. Reality bites. Money can't buy happiness, but money can bought your Fernando Torres, two years ago. Angry?
Ya, kompetisi itu kaku. Juara atau tidak juara. Yang fleksibel itu adalah pemaklumannya yang kian berbuntut. Pemakluman untuk memaklumi apa yang belum bisa dicapai.
Sebut saja Luis Suarez "The Villain" itu memang ingin prestasi lebih di klub lain dengan tentu saja tidak stay di klub nirgelar Merseyside ini. Lalu cap jahat yang diekspos media akankah jadi kita yakini juga? Tunggu dulu. Semua kompetisi pasti ada tujuannya : juara. Bukan hanya skor yang lebih dari lawan, melainkan juga catatan prestasi, rekor bagus dan penampilan memukau yang tak terlupakan. Mungkin begitu pula yang dipahami Suarez. Untuk apa dia menjadi pemain bola 'kadung' terkenal kalau bukan ingin juara? Dia butuh tambahan trofi atau medali untuk dibagi fotonya kepada followersnya. Lebih dari itu dia butuh titel untuk dibanggakan negaranya, keluarganya, juga untuk diceritakan pada Delfina, bahwa ayahnya adalah seorang pesepakbola hebat. Kalau sepakbola hanya dia pahami sebagai ajang fun dan mengisi waktu luang, mungkin Luisito masih berada di Uruguay. Bermain bola di kampung halamannya, Salto, bersama teman-teman sebayanya. Tanpa harus memikirkan membawa pulang trofi bentuk apa. Lagipula klub elit yang disebut-sebut tampaknya rela merogoh kocek dalam untuk memboyong & menggaji Suarez. Reality bites. Money can't buy happiness, but money can bought your Fernando Torres, two years ago. Angry?
Ya, kompetisi itu kaku. Juara atau tidak juara. Yang fleksibel itu adalah pemaklumannya yang kian berbuntut. Pemakluman untuk memaklumi apa yang belum bisa dicapai.
Mengutip berita The
Guardian 21 Maret 2013 : " Suarez sedang berada di performa yang hebat
untuk Liverpool. Dengan 29 gol di 40 pertandingan. Tapi harus diakui, dengan
posisi klub yang sedang "dalam bahaya" melewatkan kualifikasi Europa,
mereka berada di situasi yang sulit". Jika berpatokan pada wacana
tadi, wajar Suarez membuka dirinya untuk dikontrak klub lain. Ambisi dan
prestige yang lebih tinggi, lumrah dikejar. Pastinya, selain kecintaan yang dia
tunjukkan, Suarez juga ingin mempersembahkan titel premiership yang (semoga)
sukses menyumpal rongrongan setan merah kota tetangga yang cerewet akan
pencapaian titel 19 mereka. Juga menambah koleksi gelar Champions League ke 6
di jajaran gelar LFC. Namun bila merujuk pada performa klub yang bak
roller-coaster, untuk berada di puncak klasemen dan menembus zona Champions
League agaknya sedikit muluk untuk dicapai LFC.
Klub elit lain barangkali dianggap memperlancar tujuannya itu, calon fans baru pun mungkin sudah menunggu persembahannya .Silakan melambai dan merelakan.
Bukan hilang keoptimisan, ini realita. Sisa pertandingan sudah bisa dihitung oleh jari. Mari berharap untuk lain waktu, Suarez... bila kau masih disini.
Kesimpulannya, itu semua spekulasi bila dia memang benar akan menerima klub lain untuk memberikannya kontrak. Tapi coba pikir lagi. Menyambut bukan berarti akan pasti menerima, bukan? Take it easy, fans. Seperti Anda menerima undangan pesta dari teman, Anda tentu akan menyambutnya dengan baik. Tapi, bisa datang atau tidak itu belum tentu. And it's totally fine. Suarez masih mempunyai kontrak hingga 2017. Dan ada kemungkinan pula rumor seperti ini hanya kreasi media untuk mengundang ekspektasi transfer musim panas yang terlalu awal. Makum, Suarez "lagi bagus". Bila Suarez ternyata lebih suka pesta kecil sederhana di kota pelabuhan ini, tidak perlu khawatir dia akan menerima ajakan datang ke pesta mewah di klub seberang. Dan bila dia memang saat ini puas-puas saja akan apa yang dia dapatkan di pesta kecil sederhana ini, beruntunglah kita. After all, mari kita nantikan kejutan-kejutan selanjutnya dari El Pistolero. Semoga kita segera dapat menghadirkan pesta besar dan mewah untuk menjamunya. Enjoy your party, Suarez... *cheers*
@hannybunch
http://straightlikemary.tumblr.com
saling follow blog ya min follow blog ku http://fazryeggy.blogspot.com
ReplyDeletekata" nya mantap :) layak jadi editor seduah majalah atau media tv :) if suarez go yowiss mau digimanain lagi kita cari lagi stiker yang lebih hebat lagi #YNWA tapi saya harap jangan kyk kejadian F.Torres :(
ReplyDelete