Sudah beberapa hari ini
timeline Twitter serta headline media olahraga dibanjiri berita yang lebih
mirip teror tentang Luis Suarez. Lebih parah, berita Luis Suarez dan
kemungkinannya 'minggat' ke klub A, B, C selalu menghantui para Kopites nyaris
setiap minggu. Tentu berbagai reaksi bermunculan. Saya sendiri menjadi sibuk
mengamati berbagai tipe reaksi para fans mengenai rumor tentang Suarez yang
menjadi momok menakutkan bagi kita setiap hari.
Dimulai dari mereka yang terlalu optimis bahwa Suarez akan tetap memilih berada di Liverpool karena memang betul belum lama ini dia sendiri menyatakan akan bertahan meski Liverpool kembali gagal masuk ke zona Liga Champion seperti yang saya kutip dari Daily Mail tanggal 31 Januari 2013, "If you want to know what will happen to me if we don't qualify for the Champions League, then I will say this: I have a contract with Liverpool and I am very happy here. I will stay."
Kemudian ada yang pasrah
menerima kenyataan bahwa Luis Suarez yang merupakan satu-satunya pemain kelas
dunia di dalam klub selain Steven Gerrard, pemain terbaik Copa America 2011 dan
kandidat kuat top scorer BPL 2012/13, pantas mendapatkan hal yang lebih dari
sekedar main di Liga Eropa, tersingkir, tertendang keluar dari kompetisi
domestik dan berkali-kali dipermalukan tim papan bawah. Namun ada juga yang
tidak begitu peduli. Kenapa bisa? Mereka adalah yang berani percaya dengan
mitos yang menyebutkan bahwa pemain berpotensi jauh lebih baik daripada pemain
berpengalaman.
Jika saya adalah Luis
Suarez yang notabene adalah pemain dengan kemampuan, kelincahan dan kecerdikan
diatas rata-rata namun sayangnya selalu menjadi bulan-bulanan para media di
negara tempat saya tinggal dan harus selalu ditempeli label 'rasis' kemanapun
saya pergi yang mungkin telah membuat saya menjadi public enemy di dunia
sepakbola Inggris. Belum lagi, klub saya yang kadang maju 2 langkah tetapi
selalu mundur 5 langkah di laga berikutnya. Apakah saya akan bertahan? Bagi
saya, sudah pasti saya akan memilih pergi ke klub di luar negri. Saya tentu
memilih sebuah tempat dimana orang-orang tidak memusuhi dan menyudutkan saya
tapi justru lebih mengapresiasi apa yang saya mampu lakukan, ke klub yang bisa
memberi saya kenikmatan dan indahnya bermain di malam Kamis dan tentu klub yang
bisa menghadiahi saya piala-piala bergengsi. Dengan bakat sebesar ini, mata
saya sudah gatal dengan kilauan piala. Saya seharusnya berada di sebuah tempat
yang pantas memiliki dedikasi dan diri saya.
Hebatnya, entah
bagaimana, Luis Suarez yang asli tetap menjadi setitik sinar matahari yang
menyelundup masuk diantara gelapnya mendung yang menyelimuti klub kita tercinta
ini. Ia membuat kita kesusahan membedakan optimis dan delusional atas sebuah
kemungkinan kalau Suarez adalah seseorang yang suatu hari berperan besar dalam
membubuhkan warna emas di langit Liverpool yang kelam sehabis badai seperti
yang ada di lirik 'You'll Never Walk Alone', "At the end of the
storm, there's a golden sky..."
Namun, saudara-saudara,
badai belum berlalu. Selama badai belum selesai, langit tidak akan berubah
keemasan. Saya tidak akan menyalahkan Luis Suarez jikalau suatu hari ia
disadarkan akan kehadiran sebuah klub yang lebih pantas menerima jasanya dan
mampu memberikan apa yang seharusnya telah ia dapatkan, bukan klub medioker
ataupun klub in progress.
Kontrak Luis Suarez
dengan Liverpool FC berjalan hingga 2018. Sampai waktu tersebut, klub memang
mempunyai kekuatan terbesar dalam memutuskan apakah ia harus pergi atau tidak.
Kontrak juga salah satu hal paling berpengaruh dalam menentukan masa depan si
pemain. Klub berwenang menahan pemain meski ia memutuskan untuk pergi. Kita
hanya mampu harap-harap cemas jikalau suatu hari tikaman pisau menusuk jantung
dalam bentuk berita berjudul semacam, 'Luis Suarez Has Submitted a Transfer
Request' di Liverpoolfc.com. Sayangnya, bayangan tumpukan uang yang akan
ditukarkan dengan Luis Suarez tentu saja sangat menggiurkan bagi klub yang
kebetulan sedang dihantui peningkatan hutang dan yang paling penting, klub juga
tidak akan dengan mudah mengambil resiko dengan menahan pemain yang tidak lagi
punya keinginan bermain untuk klub. To quote the King Kenny Dalglish, "No
one is bigger than the club."
Pada akhirnya, saya tahu
bahwa diantara semua hal negatif yang harus dipikulnya selama ia berada di
Liverpool FC, Luis Suarez betul-betul menyimpan rasa cinta kepada klub dan
merasa begitu dicintai oleh seluruh bagian dari Liverpool FC; Supporter,
manajer, staff, para legenda. Meski begitu, perlu diingat Luis Suarez berada di
dalam masa emasnya penjadi pesepakbola profesional. Ia pantas mendapatkan
berbagai hal yang jauh lebih baik di masa depan. Akankah ia menunggu? Itulah
jawaban yang kita semua cari sekarang.
Lalu sebagai suporter,
kita bisa apa?
Kita bisa mengatur
ekspektasi kita, berkomentar banyak dan realistis demi mencegah sesama suporter
dari sakitnya terbangun paksa dari mimpi. Liverpool FC bukan lagi klub yang
dengan mudah menarik pemain berkualitas dan perlahan, para pemain bintang
dengan mudahnya pergi nyaris setiap musim, tapi saya percaya kita bukan
satu-satunya orang yang bermimpi karena di dalam seorang Luis Suarez terdapat
seseorang yang dulu benar-benar pernah bercita-cita bermain di klub ini seperti
salah satu kutipan interviewnya yang saya ambil dari the Telegraph, 1 Maret
2013, "I always say the same thing, every kid or young player
growing up dreams of playing here at Liverpool, and today, here I am, highly
privileged doing just that".
Maka dari itu, hanya ia
yang tahu kapan harus berhenti bermimpi ketika sesungguhnya kenyataan tidak
berjalan sesuai dengan apa yang ia cita-citakan tentang dirinya dan Liverpool
FC saat kecil dulu karena realita berkata bahwa Liverpool FC yang kini bermimpi
untuk terus memiliknya.
huaaah ;((
ReplyDeleteoh tidakkkkk [-(
ReplyDeletehuaaaaaaaaaaa ;-( , saling follow blog ya min follow blog ku http://fazryeggy.blogspot.com
ReplyDelete:) sudah semestinya kita mulai belajar ikhlas :) supaya lebih bisa menerima kenyataan (hengkangnya suarez) hope will come "At the end of the storm, there's a golden sky..." #YNWA
ReplyDelete