Liverpool FC musim 2012/2013. Jauh dari dekade-dekade keemasannya
dulu. Pemain silih berganti. Begitu pula manager,
official crew, dan lain-lain. Tak akan ada yang sama. Ya, Kecuali cinta dan
dukungan supporternya itu. Masih harum, tambah kritis, tapi tak mengurangi esensi
dari mendukung itu sendiri. Sekali lagi, ini Liverpool FC musim 2012/2013. The Reds bercokol di peringkat 7 saat tulisan
ini dirangkai. Papan tengah. Nyinyiran "sudah untung sekali masuk 10
besar" mungkin sudah kenyang kita dengar. Tapi, pendukung kian bertambah banyak...
dan loyal. Mengapa?
Karbitan.
"Kok masih ada anak jaman sekarang yang mendukung
LFC?". Secara logika ya memang tidak salah. LFC (sangat disayangkan) belum
pernah memenangkan lagi trofi bergengsi tahta no. 1 Premiership. Piala terakhir
dating dari Carling Cup. Dengan perjuangan
tidak mudah. Tentu, nothing comes easy
for such a great club like LFC. Penggemar LFC dominannya adalah mereka yang
ada di era tahun 70an atau 80an. Namun mengapa sampai saat ini nafas muda pun
sangat terasa? Apa mereka layak disebut 'karbitan'? 'Karbitan' disini saya artikan
sebagai sesuatu yang instan. Lalu apa salahnya? Jatuh cinta pun datang tiba-tiba,
bukan? Baik sudah mengenal atau belum. Jatuh cinta itu datang tanpa pengumuman,
saat kita siap atau tidak. Saya sendiri termasuk ke dalam yang belum mengenal saat
menyukai klub ini. Namun, intensitas kita melihat dan mencari tahu tentang klub
ini membuat kita bertambah ilmu serta menambah sense of belonging akan LFC. Terlalu mudah mencap karbitan itu jelek.
Bagi saya, yang kurang apik itu adalah Glory
Hunter. Mencintai klub pada masa emasnya saja. Tidak konsisten. Kadang seperti
memutus urat malu sendiri tanpa peduli, dengan berganti mendukung klub lain.
Apa yang mereka cari dari tipikal mendukung seperti ini? Saya pun belum mengerti. Itu
adalah pilihan.
Terpaksa.
Terpaksa disini bukan dalam arti penuh tekanan " kamu harus
menyukai klub ini atau kamu akan ... blablabla". Saya rasa tidak ada yang
mengharuskan atau sebegitunya hanya untuk meyakinkan seseorang untuk mendukung suatu
klub. Atau mungkin ada yang pernah tahu? Bisa beritahu saya. :)
Back to the topic,
terpaksa disini konotasinya adalah karena kita sudah terlanjur 'hidup' dengan klub
ini. According
to my friend's opinion, kita terpaksa meneruskan apa yang kita mulai. Saat ini pilihan mengganti klub
lain untuk didukung sangat riskan. Bayangkan labelisasi sosial yang kita dapatkan
seandainya kita selama ini mendukung LFC lalu tiba-tiba memakai jersey tim lain dan heboh mendukungnya
dilain kesempatan. Sama seperti menorehkan cap Judas di dahi Torres
sepertinya. Salah? Tidak. Kembali lagi, mendukung itu masalah hati. Masalah pilihan
dan hak semua orang. Ya, paling-paling harus tahan saja dengan pandangan sinis
orang.
Turun-temurun.
Selain rivalitas LFC dan MU yang mengakar turun temurun,
support untuk klub juga diturunkan bagai skema family tree. Banyak supporter yang mengaku mencintai LFC karena
(misal) ayahnya seorang pendukung Liverpool FC, atau ayahnya pun menjadi seorang
pendukung LFC karena sang kakek penggemar berat Si Merah ini. Pengaruh lingkungan terdekat tampaknya cukup berdampak,
karena lebih mudah memahaminya seiring lamanya kita berada di lingkungan tersebut.
Walaupun kini LFC bukan berada di masa gemilangnya, tapi prestasi dan pencapaian
dulu kala yang manis dapat tersampaikan kegenerasi sekarang melalui darah dan cerita
turun menurun itu. Apa yang salah dengan membicarakan dan membanggakan masa lalu?
Asal tidak berlebihan. Toh pengejawantahannya di masa sekarang lah yang bisa membuktikan.
Karena menurut saya, kesenangan kita bernostalgia akan kejayaan masa lalu secara
tidak sadar dapat memupuk keoptimisan kita untuk percaya bahwa LFC niscaya akan bisa
seperti itu lagi... di waktu yang tepat. Bukan melulu hanya membicarakannya tanpa
bukti. Right or right? We'll see.
On and Off The Pitch
Performance.
Sebagian besar dari kita pasti pernah menyimak serial Being
Liverpool yang mulai tayang beberapa bulan lalu di salah satu stasiun TV luar dan
berhasil meraup animo para pendukung The Reds untuk mengikuti episode demi
episodenya. Mengapa? Karena kehidupan para pemain, manager dan official saat di
luar lapangan juga menarik perhatian kita untuk menikmatinya. Salah satu
episode yang menarik perhatian saya adalah episode yang memuat proses recovery Lucas Leiva dari cedera panjang.
Selain terlihat betapa dia berusaha keras untuk fit lagi ke dalam squad, tampaknya Lucas juga benar-benar ingin
membuktikan dedikasinya untuk menjaga lapangan tengah dan bermain di menit yang
panjang buat LFC. Itu untuk di dalam lapangan. Diluar lapangan, bersama geng Amerika
Latin nya, Suarez dan Coates, mereka terlihat menikmati waktu senggang dengan sangat
asyik. Bermain, bercengkerama bersama keluarga mereka yang turut meramaikan juga.
Suarez yang katanya 'jahat' itu pun terlihat humble dan family man sekali.
Diluar serial itu, kita pasti hafal Jose Enrique sang 'Papa' bagi 'anak-anak'
Espanyola seperti Suso, yang sering terlihat bermain FIFA layaknya kita,
pendukungnya. Atau si jenaka Reina yang suka berpose lucu atau mengerjai teman setimnya
saat dalam perjalanan di bus. Kisah cinta sang Kapten Fantastik dengan istrinya
Alex, juga 3 putri kecilnya Lilly-Ella, Lexie dan Lourdes. Semuanya punya soft-spot buat kitau ntuk diikuti. Ini juga
termasuk faktor kita untuk tetap mencintai LFC. Karena kenyataan bahwa mereka pribadi
yang jauh dari skandal untuk sensasi, tapi tetap berhasil digemari.
Sebenarnya masih banyak alasan lain
yang bisa diangkat, semisal atmosfer yang menakjubkan dari para supporter
ketika berkumpul, atau rasa kekeluargaan yang kental dan kian dekat antara LFC
dengan supporternya. Dari alasan-alasan tersebut mungkin dapat memberikan gambaran
atau paling tidak dapat menjadi bahan menjelaskan untuk teman-teman supporter
Anda yang terus bertanya mengapa kita mendukung Liverpool FC. Karbitan,
terpaksa, turun-temurun atau apapun alasannya, tidak ada yang salah. Dan pula
bukan barometer pengukur seberapa hebat kita dalam mencintai klub ini. Mendukung
itu panggilan hati, bukan kontes siapa yang terhebat. Dan kembali lagi ke kalimat
yang mungkin klise tapi benar adanya: Bukan perihal sejak kapan kita mendukung,
tapi sampai kapan kita tetap mendukung dan mendapat pelajaran apa saja dari mendukung
itu sendiri. Keep support and be a proud
LFC supporter.
@Hannybunch
http://straightlikemary.tumblr.com
ane paling doyan ama kalimat ini min: "Bagi saya, yang kurang apik itu adalah Glory Hunter"
ReplyDeletemantab nih kalimat "Mendukung itu panggilan hati, bukan kontes siapa yang terhebat"
ReplyDeleteNice artikel. Pilihan kata yang menarik dan pintar menarik kesimpulan. #YNWA @GiovanniEldi
ReplyDelete"YOU'LL NEVER WALK ALONE" In Football We Trust, Liverbird Upon My Chest
ReplyDelete1 kata saja untuk artikel ini "Berkelas"
ReplyDeletewe are the famous kopites :)
ReplyDeleteBig and Proud . . . For one reds, the reds Liverpool
ReplyDeleteTerima kasih sudah mengapresiasi tulisan saya :) semoga bermanfaat #YNWA
ReplyDeletenice article :)
ReplyDeletebertambahlah rasa cinta kita terhadap klub ini #YNWA
elegan
ReplyDeleteArtikel" di blog ini keren" semua :D
ReplyDeletePilihan kata"nya luar biasa keren...!
YNWA~