20 March 2013

Why Do We Keep On Supporting Liverpool FC? And Why Do They Always Ask?


Liverpool FC musim 2012/2013. Jauh dari dekade-dekade keemasannya dulu. Pemain silih berganti. Begitu pula manager, official crew, dan lain-lain. Tak akan ada yang sama. Ya, Kecuali cinta dan dukungan supporternya itu. Masih harum, tambah kritis, tapi tak mengurangi esensi dari mendukung itu sendiri. Sekali lagi, ini Liverpool FC musim 2012/2013. The Reds bercokol di peringkat 7 saat tulisan ini dirangkai. Papan tengah. Nyinyiran "sudah untung sekali masuk 10 besar" mungkin sudah kenyang kita dengar. Tapi, pendukung kian bertambah banyak... dan loyal. Mengapa?



Karbitan.

"Kok masih ada anak jaman sekarang yang mendukung LFC?". Secara logika ya memang tidak salah. LFC (sangat disayangkan) belum pernah memenangkan lagi trofi bergengsi tahta no. 1 Premiership. Piala terakhir dating dari Carling Cup. Dengan perjuangan tidak mudah. Tentu, nothing comes easy for such a great club like LFC. Penggemar LFC dominannya adalah mereka yang ada di era tahun 70an atau 80an. Namun mengapa sampai saat ini nafas muda pun sangat terasa? Apa mereka layak disebut 'karbitan'? 'Karbitan' disini saya artikan sebagai sesuatu yang instan. Lalu apa salahnya? Jatuh cinta pun datang tiba-tiba, bukan? Baik sudah mengenal atau belum. Jatuh cinta itu datang tanpa pengumuman, saat kita siap atau tidak. Saya sendiri termasuk ke dalam yang belum mengenal saat menyukai klub ini. Namun, intensitas kita melihat dan mencari tahu tentang klub ini membuat kita bertambah ilmu serta menambah sense of belonging akan LFC. Terlalu mudah mencap karbitan itu jelek. Bagi saya, yang kurang apik itu adalah Glory Hunter. Mencintai klub pada masa emasnya saja. Tidak konsisten. Kadang seperti memutus urat malu sendiri tanpa peduli, dengan berganti mendukung klub lain. Apa yang mereka cari dari tipikal mendukung seperti ini? Saya pun belum mengerti. Itu adalah pilihan.

Terpaksa.

Terpaksa disini bukan dalam arti penuh tekanan " kamu harus menyukai klub ini atau kamu akan ... blablabla". Saya rasa tidak ada yang mengharuskan atau sebegitunya hanya untuk meyakinkan seseorang untuk mendukung suatu klub. Atau mungkin ada yang pernah tahu? Bisa beritahu saya. :)
Back to the topic, terpaksa disini konotasinya adalah karena kita sudah terlanjur 'hidup' dengan klub ini.  According to my friend's opinion, kita terpaksa meneruskan apa  yang kita mulai. Saat ini pilihan mengganti klub lain untuk didukung sangat riskan. Bayangkan labelisasi sosial yang kita dapatkan seandainya kita selama ini mendukung LFC lalu tiba-tiba memakai jersey tim lain dan heboh mendukungnya dilain kesempatan. Sama seperti menorehkan cap Judas di dahi Torres sepertinya. Salah? Tidak. Kembali lagi, mendukung itu masalah hati. Masalah pilihan dan hak semua orang. Ya, paling-paling harus tahan saja dengan pandangan sinis orang.



Turun-temurun.

Selain rivalitas LFC dan MU yang mengakar turun temurun, support untuk klub juga diturunkan bagai skema family tree. Banyak supporter yang mengaku mencintai LFC karena (misal) ayahnya seorang pendukung Liverpool FC, atau ayahnya pun menjadi seorang pendukung LFC karena sang kakek penggemar berat Si Merah ini.  Pengaruh lingkungan terdekat tampaknya cukup berdampak, karena lebih mudah memahaminya seiring lamanya kita berada di lingkungan tersebut. Walaupun kini LFC bukan berada di masa gemilangnya, tapi prestasi dan pencapaian dulu kala yang manis dapat tersampaikan kegenerasi sekarang melalui darah dan cerita turun menurun itu. Apa yang salah dengan membicarakan dan membanggakan masa lalu? Asal tidak berlebihan. Toh pengejawantahannya di masa sekarang lah yang bisa membuktikan. Karena menurut saya, kesenangan kita bernostalgia akan kejayaan masa lalu secara tidak sadar dapat memupuk keoptimisan kita untuk percaya bahwa LFC niscaya akan bisa seperti itu lagi... di waktu yang tepat. Bukan melulu hanya membicarakannya tanpa bukti. Right or right? We'll see.



On and Off The Pitch Performance.

Sebagian besar dari kita pasti pernah menyimak serial Being Liverpool yang mulai tayang beberapa bulan lalu di salah satu stasiun TV luar dan berhasil meraup animo para pendukung The Reds untuk mengikuti episode demi episodenya. Mengapa? Karena kehidupan para pemain, manager dan official saat di luar lapangan juga menarik perhatian kita untuk menikmatinya. Salah satu episode yang menarik perhatian saya adalah episode yang memuat proses recovery Lucas Leiva dari cedera panjang. Selain terlihat betapa dia berusaha keras untuk fit lagi ke dalam squad, tampaknya Lucas juga benar-benar ingin membuktikan dedikasinya untuk menjaga lapangan tengah dan bermain di menit yang panjang buat LFC. Itu untuk di dalam lapangan. Diluar lapangan, bersama geng Amerika Latin nya, Suarez dan Coates, mereka terlihat menikmati waktu senggang dengan sangat asyik. Bermain, bercengkerama bersama keluarga mereka yang turut meramaikan juga. Suarez yang katanya 'jahat' itu pun terlihat humble dan family man sekali. Diluar serial itu, kita pasti hafal Jose Enrique sang 'Papa' bagi 'anak-anak' Espanyola seperti Suso, yang sering terlihat bermain FIFA layaknya kita, pendukungnya. Atau si jenaka Reina yang suka berpose lucu atau mengerjai teman setimnya saat dalam perjalanan di bus. Kisah cinta sang Kapten Fantastik dengan istrinya Alex, juga 3 putri kecilnya Lilly-Ella, Lexie dan Lourdes. Semuanya punya soft-spot buat kitau ntuk diikuti. Ini juga termasuk faktor kita untuk tetap mencintai LFC. Karena kenyataan bahwa mereka pribadi yang jauh dari skandal untuk sensasi, tapi tetap berhasil digemari.

Sebenarnya masih banyak alasan lain yang bisa diangkat, semisal atmosfer yang menakjubkan dari para supporter ketika berkumpul, atau rasa kekeluargaan yang kental dan kian dekat antara LFC dengan supporternya. Dari alasan-alasan tersebut mungkin dapat memberikan gambaran atau paling tidak dapat menjadi bahan menjelaskan untuk teman-teman supporter Anda yang terus bertanya mengapa kita mendukung Liverpool FC. Karbitan, terpaksa, turun-temurun atau apapun alasannya, tidak ada yang salah. Dan pula bukan barometer pengukur seberapa hebat kita dalam mencintai klub ini. Mendukung itu panggilan hati, bukan kontes siapa yang terhebat. Dan kembali lagi ke kalimat yang mungkin klise tapi benar adanya: Bukan perihal sejak kapan kita mendukung, tapi sampai kapan kita tetap mendukung dan mendapat pelajaran apa saja dari mendukung itu sendiri. Keep support and be a proud LFC supporter.

@Hannybunch
http://straightlikemary.tumblr.com

11 comments:

  1. ane paling doyan ama kalimat ini min: "Bagi saya, yang kurang apik itu adalah Glory Hunter"

    ReplyDelete
  2. mantab nih kalimat "Mendukung itu panggilan hati, bukan kontes siapa yang terhebat"

    ReplyDelete
  3. Nice artikel. Pilihan kata yang menarik dan pintar menarik kesimpulan. #YNWA @GiovanniEldi

    ReplyDelete
  4. "YOU'LL NEVER WALK ALONE" In Football We Trust, Liverbird Upon My Chest

    ReplyDelete
  5. 1 kata saja untuk artikel ini "Berkelas"

    ReplyDelete
  6. Big and Proud . . . For one reds, the reds Liverpool

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sudah mengapresiasi tulisan saya :) semoga bermanfaat #YNWA

    ReplyDelete
  8. nice article :)
    bertambahlah rasa cinta kita terhadap klub ini #YNWA

    ReplyDelete
  9. Artikel" di blog ini keren" semua :D
    Pilihan kata"nya luar biasa keren...!
    YNWA~

    ReplyDelete