9 August 2013

Like Slash or Brian May?

Gerrard As a Guitarist



Saya tertarik dengan pernyataan dari salah satu akun twitter yang saya follow (@AlbertShadrach) yang pernah twit kira-kira seperti ini “Ini pertanyaan yang bodoh RT Siapakah drummer terhebat di dunia?.
            
Ya, saya setuju! Tidak ada yang nomor 1 dalam hal seni. Berbeda dengan olahraga, di bidang seni tidak ada persaingan. Tidak ada yang lebih hebat antara satu dengan yang lainnya. Banyak jenis kesenian di muka bumi ini, tapi yang saya akan bicarakan disini adalah tentang gitaris. Kenapa? karna alat musik yang satu ini rata-rata bisa dimainkan oleh setiap pria. Saya bisa bermain gitar, namun tak seistimewa Brian Mai (Queen), atapun Slash (ex-GNR). Bagi pecandu gitar atau minimal yang pernah main game gitar hero pasti mengenal siapa mereka. Lantas apa yang istimewa dari mereka? apa yang bisa membuat mereka begitu dikenal dan dikenang? Apa karena skill yang istimewa bak alien yang tidak dapat dilakukan oleh manusia lain?. Menurut saya bukan. Saya memang bukan ahli gitar, tapi setidaknya ada beberapa filosofi gitar yang saya tahu dari salah satu gitaris Indonesia favorit saya (@normadman).

Yang menjadi kunci adalah tentang visi bermain, bukan skill. Kalau skill yang dijadikan kunci, maka yang akan terlihat hanyalah keegoisan dalam bermain. Simak bagaimana Brian May mengetahui betul porsinya di lagu 'Bohemian Rhapsody' nya Queen, atau Slash di lagu ‘November Rain’. Skill mereka mungkin tak semumpuni Steve Vai atau Yngwie malmsteen. Tapi mereka paham betul kapan harus MAIN dan kapan harus TIDAK bermain.

Lalu apa hubungannya dengan Gerrard dengan seorang gitaris? Apakah Gerrard bisa bermain gitar? Tentu. Gerrard adalah gitarisnya Liverpool. Dia seorang seniman sejati. Begitu banyak konser yang sudah ia lakoni, mulai dari yang kecil-kecilan hingga ajang internasional. Tapi dari sekian banyak konser tersebut, Final UCL 2005 yang paling mudah dan  akan selalu diingat. Dia tahu betul peranannya pada laga itu. Pada awal lagai ia diinstruksikan rafa bermain dari posisi di lini tengah, lalu bergeser menjadi sayap kanan, dan bahkan pada babak kedua ia “rela dan nrimo” untuk menjadi bek kanan guna mengantisipasi Serginho kala itu. Dia tahu betul bagaimana harus berkarya dalam setiap perannya di lapangan hijau. Jika ada Gerrarddicted yang “bersedia” membandingkan Gerrard dengan Lionel Messi atau Ronaldo, tentu skil Gerrard masih dibawah alien-alien tersebut. Skil dribbling dan speed Gerrard tak sebaik mereka, tapi tak ada yang bisa memungkiri kalau Gerrard-lah Rohnya Liverpool.

Gerrard as a Leader



Brian May dan Slash salah dua dari sedikit gitaris yang bukan menjadi leader di bandnya. Kebanyakan gitaris dalam sebuah band biasanya menjadi seorang Leader. Itulah peran yang juga diemban seorang Steven George Gerrard di Liverpool sejak 2003 hingga pensiun nanti. Leadership! itu yang belum dimiliki seorang Ronaldo ataupun Lionel Messi. Pundak Ronaldo memang lebih berotot dari Gerrard, tapi belum cukup kuat untuk memangku wajah sebuah klub yang dibelanya. Semua kriteria pemimpin ideal ada di dalam dirinya.

Gerrard memangku jabatan yang saya kira tugasnya sudah melebihi tugas seorang kapten. Di lapangan ia harus menjadi pemimpin dan sekaligus merangkap jadi Mario Teguh tersirat. Di luar lapangan, ia menjadi sahabat, pemersatu, dan jadi pelayan bagi semua pihak. Dan yang paling kentara, ia menjadi badan yang paling pertama dipukul saat Liverpool kalah. Ia orang paling awal bekerja, dan ia yang paling akhir diupah di Liverpool.

Gerrard juga tahu betul bagaimana bersikap terhadap rekan setimnya. Dia bisa bersikap idealis dan juga taktis. Dia tahu bagaimana cara menyambut, cara mendalami sifat dan bagaimana dia harus berbicara kepada rekan-rekannya di dalam dan luar lapangan. Itulah yang menjadi rahasia sukses Gerrard yang hampir cocok berduet dengan siapa saja baik di setiap lini. Gerrard harus sangat jeli dan tegas dalam mengambil keputusan, tapi dilain sisi ia bisa juga menjadi figur kakak atau yg dituakan. Ah! sungguh beratlah. Dan ia jadi kapten Liverpool, klub yang  belajar merangkak untuk bisa berjalan dan berlari lagi.

Akhirnya tersadari juga kalau jadi kapten itu tidaklah enak. Apalagi di klub  (sekali lagi) seperti Liverpool. Tapi mau tak mau, harus ada yang mau mengembannya. Sejauh ini, dia yang terbaik di posisi itu. 

Tapi, Gerrard hanyalah seorang manusia, dia bukan Liverpool yang “hanya” sebatas nama klub sepakbola yang tak bakal menua fisiknya. Musim terbaiknya mungkin sudah lewat. Di musim 2012-2013 ini, dia memang hampir bermain di seluruh laga Liverpool. Tapi kalau kita mau mencoba realistis, permainannya tak lagi selincah dan seindah dulu. Dia tak tak lagi berlalri sebanyak dulu, tak sengotot dulu, dan beberapa kali dia terlihat sangat cepat frustasi saat tim sedang dalam keadaan tertinggal.  Tak sedikit pula strategi Brendan musim ini yang harus rela rusak karena longpass yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia ibarat gitaris, jemari Gerrard sudah mulai melambat, yang hanya tak bisa dipaksa full kick and rush lagi. Akan tetapi ada hal yang paling penting dalam diri Gerrard dan belum dimiliki pemain Liverpool lainnya , yaitu passion. Semua orang tahu benar kalau Gerrard masih menjadi orang pertama di Liverpool yang paling lapar. Menjuarai EPL adalah mimpi terbesarnya, dia tentu ingin karirnya selangkah di depan Carragher ataupun Fowler. Namun, saya kira peluang untuk yang ambisi satu itu cuma Gerrard yang tahu, karena ia juga yang paham betul dengan kondisi fisiknya sekarang. Gerrard harus segera mulai membuka diri terhadap hal baru. Bergerak sesuai perubahan, seperti yang Giggs dan Scholes. Ia mungkin harus memainkan beberapa peran baru dimusim-musim yang tersisa. Peran yang tetap pentingnya di Liverpool. Sehingga dia tidak terlanjur cepat luntur.

Kalaupun bukan terjadi di eranya, Gerrard akan menjadi salah satu orang terakhir yang akan merasakan kenyangnya Liverpool saat menjuarai EPL suatu saat nanti.

YA! Betapa mengerikannya kata Pensiun ya? Bukan cuma mungkin, tapi pasti Gerrard akan pensiun. Pertanyaan pertama, siapakah gitaris selanjutnya yang mau memimpin grup musik dari kota Liverpool ini? yang kualitasnya minimal sama bagusnya dengan Gerrard? Reina or Agger? Mungkin.

Pertanyaan kedua. Seisi Anfiled pasti akan berdiri menangis sambil memberikan standing oviation saat ia melakoni laga terakhirnya untuk Liverpool, tapi bagaimanakah seorang Gerrard nantinya setelah pertandingan tersebut? Apakah ia akan menjadi seperti Slash atau Brian May?.

Coretan oleh : Randy Newman Hutagalung - @rendynewmanh

No comments:

Post a Comment