Pada suatu hari, saya sedang berada di salah satu pusat
perbelanjaan di Jakarta. Berkumpul dengan para sahabat untuk melepas kepenatan
hidup menjadi pilihan saat itu. Namun, momen yang direncanakan ceria malah
terjun bebas secara tiba-tiba. Saat dimana sebuah berita yang sudah diprediksi
menjadi fakta yang membuat sakit hati. Bukan lewat Twitter, tetapi melalui akun
ofisial Line Barcelona lah, sahabat saya membuat pernyataan "Zi, Suarez
Resmi!!"
Ya, kabar yang sebelumnya sudah beredar itu akhirnya menjadi
kenyataan. Pemain andalan Liverpool musim 2013-14, yang mencetak 31 gol dan
menjadi pemain terbaik Premier League pada musim yang sama itu, memilih
menyebrang ke klub yang dia idamkan sejak kecil, Barcelona.
No. Big No. Sudah bosan membahas pemain brilian dari Planet
Namec tersebut. Biarlah dia bahagia bersama Tim Catalan tersebut. Sebuah
harapan ketika The Reds akhirnya mendatangkan nama besar. Ya, setidaknya nama
ini dikenal oleh awam sepak bola sekalipun. Sesosok yang kasat mata adalah
pengganti Suarez, padahal tidak, Mario Balotelli.
Perjudian. Satu kata beribu makna terkait Super Mario yang
bergabung dengan Liverpool. Hari itu, seluruh jurnalis Internasional maupun
nasional bahu membahu membuat karya editorial dan menganalisa tentang sang
pemain. Memberikan prediksi sotoy mereka apakah Balotelli mampu bangkit di The
Reds.
Tak mau kalah, saya pun ikutan sotoy dan menganggap
Balotelli adalah Marquee Signing sesungguhnya The Reds. Keyakinan bahwa
Balotelli bisa menjadi pilar penting (meski tak bisa dibandingkan dengan
Suarez) membumbung tinggi. Balotelli bisa memberikan dimensi dan opsi berbeda
dari filosofi Liverpool, itu yang ada di benak saya.
Benar saja. Balotelli memberikan sesuatu yang berbeda untuk
Kopites....di luar lapangan. Postingan jenaka sang pemain di Twitter dan
Instagram acap membuat perut teraduk. Tak pernah ada pemain yang memiliki
tingkat komedi selevel Balo di Anfield pada era modern.
Namun....
Performa Balotelli di lapangan hijau masih jauh dari kata
memuaskan. Striker berwajah tampan ini baru mencetak satu gol di semua
kompetisi musim ini. Itu pun gol ke gawang klub dari dunia lain, Ludogorets.
Membuat 41 tembakan dimana 12 diantaranya berhasil mengenai target dari
sembilan laga di semua kompetisi yang dijalani Liverpool, tak ada hasil
signifikan alias nihil.
Balotelli yang emosional dan kontroversial memang tak
terlihat di Liverpool. Pemain Italia ini mengaku dirinya tak bisa menjadi
pemain yang bandel di bawah asuhan Brendan Rodgers. Sikap kalem dan tenang
memang menghiasi sang pemain di lapangan. Sayang, hal itu berbanding terbalik
dengan performanya. Menjadi andalan tunggal di lini depan, Balotelli seperti
dalam tekanan besar.
Delapan laga liga sudah berjalan. Liverpool masih bermain
ogah-ogahan. Semua rekan terlihat bertumpu kepada Balotelli sebagai striker
tunggal andalan sejauh ini, tapi tak ada yang dihasilkan. Tekanan mental pasti
mendatangi dia.
The Reds tak bermain seperti musim lalu. Umpan-umpan pendek
nan terukur, umpan terobosan ajaib yang memanjakan mata, serta segitiga antar
pemain yang indah, tak terlihat musim ini. Umpan lambung amat sering dilakukan.
Crossing-crossing yang langsung menuju Balotelli sudah tak terhitung jumlahnya.
Balotelli pun dibandingkan dengan striker Italia lain yang
sedang menonjol di Southampton, Graziano Pelle, yang sejauh ini tampil sangat
impresif dengan enam gol serta membawa The Saints bercokol di papan atas
klasemen.
Dianggap pesakitan dan gagal, tekanan dari pelbagai sisi
mendatanginya. Tekanan di lapangan hijau ketika dibandingkan dengan Luis
Suarez. Tekanan untuk mencapai performa terbaik dengan filosofi yang cukup
baru. Tak lupa tekanan mental yang datang dari media Inggris. Itu belum
termasuk dibandingkan dengan rekan striker yang belum bergabung dengan tim oleh
B-Rod.
Tak mudah menjadi Balotelli saat ini. Kopites sudah mulai
jengah dengan performanya yang tak cukup baik. Tapi, tak adil jika kita
langsung memberikan pressure besar kepada sang pemain. Ingat, Balotelli baru
berusia 24 tahun. Pencarian jati diri itu terus berjalan. Memerbaiki attitude
bagi manusia tidaklah mudah, dan sejauh ini dia berhasil. Performa?
Anda membutuhkan pendamping hebat untuk berubah menjadi luar
biasa. Hal itu sudah terlihat pada laga melawan Queens Park Rangers akhir pekan
lalu. Meski dianggap sebagai pemain dengan performa terburuk, Rodgers tetap
percaya memainkannya hingga 90 menit. Rekan-rekan pun tak takut untuk terus
memberikan key pass kepada Balotelli demi gol perdananya di liga.
Kepercayaan itu terus dipupuk. Kepercayaan yang jelas mampu
memotivasi sang pemain. Seperti sebuah hubungan cinta, kepercayaan adalah kunci
segalanya. Jikalau Anda sudah tak percaya akan sesuatu, maka sudah bisa ditebak
apa yang akan terjadi.
Balotelli memang sebuah perjudian. Dia bisa menjadi seperti
Andy Carroll atau Peter Crouch. Tetapi potensi untuk selevel Fernando Torres
(edisi Liverpool) masih terbuka lebar. Semua tergantung dari daya juang dan
semangat pantang menyerahnya.
Bersama Liverpool, Balotelli akan mendapat dukungan terbesar
di luar batas logika dari para fans. Namun, secara bersamaan juga akan mendapat
cercaan paling menyakitkan hati selama karier. Waktunya memilih, Mario!
No comments:
Post a Comment