3 December 2012

Next Match: Without Luis Suarez

Lewat 1, lewat 2. Tidak saya bukan membicarakan Leo Messi yang bisa melewati 1, 2 pemain lawan dengan gocekannya tidak pula membicarakan para jomblo yang melawatkan 1, 2 kesempatan "nembak" gebetannya sehingga masih saja berstatus single sampai sekarang, saat membaca artikel ini. Saya sedang membicarakan penyerang Liverpool FC - yang kadang di expose berlebihan oleh media Inggris, yang membuat banyak orang-orang latah para pembaca artikel tersebut ikut membencinya - melewati 1 atau 2 hadangan pemain lawan   tidak dengan permainan wall pass yang terkadang dilakukan pemain terbaik dunia, Leo Messi, tapi dengan melewatkan bola di sela kaki pemain lawan, nutmeg atau kebanyakan teman-teman saya memberi nama "ole" karena saat Ricky Martin menyanyikan lagu OST WC 1998, setiap gerakan nutmeg selalu disaat momen Ricky menyanyikan lirik "ole".

Artikel ini dibuat beberapa hari, karena tidak simple membicarakan beberapa jam, setelah laga melawan Southampton. Sabtu lalu, kita menyaksikan laga tersebut yang benar-benar dikuasai oleh pemain-pemain berbaju merah-merah yang mencoba memperagakan passing - passing pendek dengan total 555 kali dan 478 (Succesful pass percentage: 85%), ini membingungkan pemain Soton yang sepanjang pertandingan membuat kombinasi passing terbanyak adalah antara kipernya Gizzaniga dan strikernya Rickie Lambert yang punya tattoo Liverbird dipundaknya.

Banyak hal positive dan negative yang bisa diambil dari laga tersebut, sebutlah kembali si Boss, Lucas Leiva, dan kembali bagusnya Steven Gerrard bermain sebagai "number 10 role" sehingga sepanjang pertandingan membuat 6 passing hebat membuat banyaknya peluang yang lahir, yang walaupun kembali mentah di tangan kiper lawan ataupun kembalinya sahabat terbaik sepanjang perjalanan musim lalu, tiang gawang. Jonjo Shelvey yang menurut saya skill nya biasa-biasa saja terlihat hebat di laga tersebut terlepas dari banyaknya miss first-touch yang menurut saya bisa di minimalkan dengan banyak latihan, Jonjo terlihat sangat pede di area sepertiga lapangan dibanding koleganya yang 3 tahun lebih muda, Raheem Sterling, yang sepanjang pertandingan ketakutan di marahi oleh Luis Suarez sehingga banyak dribblenya yang menurut saya bisa dilanjutkan ke arah byline malah di passing dekat ke Suarez.

Ah, Suarez. Sampai sejauh ini ia sudah mencetak 10 gol berdampingan dengan Michu (Swansea), van Persie (******), bahkan jika ia tidak mentok di 2 laga akhir di White Hart Lane dan Anfield mungkin sekarang ia masih berada sendiri di pemuncak top skorer. Rasa frustasi terlihat hingga saat-saat penutup laga, ia masih tidak bisa memaksimal peluang plus 1 free kick-nya yang mengenai mistar gawang. Luis Suarez, dia maruk, tapi tidak ada yang akan menyanggah pendapat saya bahwa tanpanya kita sekarang mungkin masih ada di bottom three. Thanks to Brendan Rodgers yang dengan sabar tetap memainkannya di posisi False 9, yang membuat saya paling tidak berfikir, tidak memerlukan Shane Long ataupun Klass-Jan Huntelaar sebagai ujung tombak, karena tarian ole serta gol-gol menakjubkannya, tampaknya, masih akan berlanjut di sisa musim ini. Oh, tapi tidak untuk lanjutan EPL minggu depan melawan West-Ham saat ia - Luis Suarez - memilih untuk menggunakan tangannya untuk mendorong bola keluar lapangan, another yellow card for Uruguayan ole master.


@indoliverpoolfc

3 comments:

  1. jonjo bisa main di posisi luis :) mencoba yesil juga bisa kan :)

    ReplyDelete
  2. Yup, kami disini mengedepankan sisi Liverpool di liga musim ini yang bakal ditinggal Suarez untuk kali pertama selama 90 menit. :)

    ReplyDelete
  3. Sering-sering posting di blog ya min, diskusi tentang liverpool jadi lebih enak, karena kalo lewat twitter hanya sebatas 140 karakter

    ReplyDelete