8 January 2013

Pelajaran Dari Mansfield Town

Dalam 1 laga FA Cup melawan tim non-liga yang bahkan kastanya dibawah League Two dan memaksa Brad Jones melakukan penyelamatan yang lebih banyak dari Pepe Reina dalam 4-5 laga terakhirnya dengan total 14 penyelamatan tentu adalah bukti autentik betapa buruknya permainan kita.




Tanpa Steven Gerrard dan Pepe Reina yang diberikan masa libur ke Dubai selama seminggu, Liverpool tanpa kejutan menurunkan squad yang masih sangat muda dan minim pengalaman. Starter dilaga yang mungkin dianggap latian ini menunjukan betapa muda tim ini, Shelvey, Suso, Wisdom, Robinson, Coates ditambah seorang acouse asli yang masuk dibabak ke2 menggantikan Wisdom, Jon Flanagan. Dicampur dengan para senior di squad seperti Lucas Leiva, Joe Allen, Stewart Downing, Mighty Carra dan si anak baru Daniel Sturridge.

Menurut saya dipertandingan itu tidak ada nama yang menonjol kecuali gol debut Daniel Sturridge dan 1 clear cut chance dimana Sturridge memilih menahan bola terobosan Shelvey tersebut dan memaksakan mengambil ancang2 menggunakan kaki kiri dan kiper Mansfield datang dari arah yang sama dari Sturridge mudah menangkapnya, hap! Lalu ditangkap Alan Marriot. Ah, tenang Stu, kami sudah biasa melihat banyak peluang terbuang sia-sia, percayalah.

Sosok yang paling menonjol adalah Brad Jones, Carolyn Still dan tidak lain tidak bukan, scouser in disguise, Luis Suarez.

FA Cup kembali meruskan tradisinya sebagai turnamen pembunuh raksasa. Seluruh tim dari ranah Inggris beradu dalam 1 turnamen yang diundi hanya sekali setiap babak dan tuan rumah laga itu adalah yang pertama disebut. Apa yang dilakukan Mansfield Town semalam menunjukan betapa sakralnya atmospher dari FA Cup. Mereka bermain dalam laga yang seperti ini dimana dianggap laga final oleh mereka. Kredit besar untuk masyarakat di kota Mansfield yang datang ke Field Mill malam itu. Bersama dengan 96 malaikat yang disediakan secara khusus oleh Mansfield yang berada di 96 bangku kosong di tribun sebelah kanan layar televisi anda.

Laga dibuka tanpa masalah dalam 20 menit pertama. Stu membuat debut goal dam sang debutan ,elakukan hal yang sudah biasa dilakukan oleh pemain Liverpool lain yang sudah di Anfield lebih lama darinya. Sampai pada akhirnya kita sadar bahwa Mansfield tidak main-main bermain di Field Mill yang terisi penuh, yang membuat saya terheran-heran, beginikah animo masyarakat Inggris dalam menyaksikan tim lokal mereka bermain? Hal ini dipertegas oleh support luar biasa yang mereka lakukansepanjang 90 menit.

Saya ingat bahwa ada sebutan dibeberapa bagian Inggris yang menyebutkan bahwa tim yang menggunakan drummer untuk chants adalah contoh tim yang payah, ambil dua contoh objektif, Porstmouth dan England National Team. Tapi teori ini saya sangkal mentah-mentah, karena teori fans yang memakai drummer adalah tim payah tidak berlaku sama sekali semalam.

Apa yang saya bayangkan sebelumnya bahwa Mansfield akan sitting back dibelakang salah total. Mereka keluar menyerang dengan gaya mereka, even mereka berani melakukan pressing didaerah kita. Sampai akhirnya Suarez yang baru masuk menggantikan Sturridge mencetak goal dengan bantuan tangannya, hilangkan attribute kopite pada diri saya dan saya akan tetap diposisi membela goal Suarez. Apayang kalian inginkan dari Suarez? Memintanya mengakui tangannya mengenai bola? Dan meminta wasit menganulir golnya? Anda pasti bodoh, karena cuma ada 1 Robbie Fowler di dunia ini.

Memandang match ini secara objektif menjadi mudah tanpa melihat statistik. Apakah perlu kita melihat ball possession yang kita punya semalam melawan Mansfield? Kenyataannya kita diserang habis-habisan, kita dengan terpaksa yang bermain sitting back, menunggu bola mereka masuk ke kotak penalty kita dan melakukan cpunter attack yang biasanya dimulai dari Downing yang semalam mengira dirinya punya speed yang lebih cepat dari Walcott maupun Bale.

Mereka mendapatkan goal pertama mereka di 10 menit terakhir, dan Field Mill meledak. Saya terlecut tapi apa daya, ini tim yang berada di luar League Two! And we are struggle against them. Dimana Suso? Allen?  Tidak ada kontribusi dari mereka karena dengan sukses dibully oleh pemain-pemain Mansfield yang rata-rata berbadan besar dan menang telak secara fisik.

Lupakan kondisi lapangan karena itu hanyalah alasan yang menurut daya mengada-ada. Memang buruk saya mengakui, tapi saya lebih mengakui bahwa kita sangat tidak berdaya melawan sebuah tim yang sangat mengandalkan fisik, lihat Stoke, lihat Aston Villa yang sedang khilaf bermain ke Anfield dan mampu mengeluarkan potensi besar dari Christian Benteke.

Saat Matt Green pemain bernomor 10 dari Mansfield Town mencetak goal, CEO Mansfield yang hadir disamping suami sekaligus owner dari klub sepakbola tersebut, Carolyn Still, seluruh Field Mill bergemuruh, hati saya pun bergemuruh saya ingin melihat Mansfield bermain di Anfield, dan itu juga bentuk keadilan bagi mereka yang bermain seperti pahlawan selama 90 menit, tapi, Mansfield fans, kami supporter Liverpool memberikan pesan dengan seluruh hormat, sepakbola memang sering tidak adil terlebih melawan tim yang sepanjang laga Mansfield-Liverpool managernya mencak-mencak marah karena nyawa Suarez dalam bahaya setelah kepalanya mengenai bola yang di tendang entah oleh siapa.

Thank you Mansfield Town for the 96! JUSTICE!

@MahendraSatya

No comments:

Post a Comment