4 April 2013

Hormat Senjata, untuk Carra!!


Bisa apa sih Jamie Carragher? jika dibandingkan dengan bek-bek Inggris lain yang satu angkatan dengannya, Carra tak lebih dari pilihan ke-1892. Martin Keown, Tony Adams, Rio Ferdinand, Sol Campbell, hingga Ledley King jelas membuat Carra layaknya liliput yang hobi berteriak dengan bahasa absurd. 



Carra memang menjadi spesialis pengganti di timnas pada era 1999-05. Hanya tampil 38 kali dan cedera membuatnya gagal tampil di Piala Dunia 2002. Membalasnya dengan masuk skuad The Three Lions pada Piala Eropa 2004, Carra malah tak tampil sekali pun karena keberadaan King.
Dalam tiga musim belakangan di Liverpool pun, kapasitas bocah asli Liverpool ini menurun drastis. Bagaimana tidak, ada sesosok menyeramkan di pos bek tengah The Reds. Sosok dengan wajah penuh codet. Sosok dengan kegarangan tingkat tinggi dan rajahan jarum disekujur tubuhnya. Carra, Sang Pak Tua pun harus ikhlas memberikan posisinya kepada dua orang preman berbadan besar itu, Martin Skrtel dan Daniel Agger.

Entah karena putus asa atau kesadaran diri, Carra yang awal musim ini selalu ditampilkan 10 menit jelang laga berakhir ketika Liverpool dalam kondisi memimpin 3-0 (untuk menambah caps), memutuskan untuk pensiun akhir musim ini. Kapasitas yang tak maksimal dan jarang dimainkan, serta usia 35 tahun membuat Carra diproyeksikan untuk menjadi Pandit di Sky Sports bersama Gary Neville musim depan. Ya, Sky ingin Neville mendapat rival tanpa berpikir bahwa gaya berbicara Carra sulit dimengerti.

Namun, Tuhan memang luar biasa baik. Bapak Tua yang kesulitan untuk berlari ini diberikan tenaga ekstra dan kemampuan layaknya seorang Zeus yang tak terkalahkan. Dia berhasil menjadi komandan lini belakang sempurna. Carra hanya absen 2 kali dari 12 laga The Reds pada 2013 ini. Korbannya jelas sosok Preman yang berhasil menyandang pemain terbaik Liverpool musim lalu, Martin Skrtel. Entah karena kesombongan, atau menganggap remeh si bapak tua, Skrtel tampil sangat buruk musim ini. Menjadi satu dari tiga bek di Premier League yang paling sering membuat blunder sudah membuktikan kemundurannya.

Beruntung, Brendan Rodgers adalah sosok tegas dan mengerti Carra si Bapak Tua bisa mengisi pos pria yang hanya mengandalkan tato dan memakan paku tersebut. Ironis, ketika seluruh fans yang awal musim sudah ikhlas membiarkan Carra pensiun dan lebih cocok menjadi pelatih (kata mereka), kini kembali mengagungkan nama sosok yang mengandalkan semangat ketimbang kapasitas tekniknya itu.

Mungkin saat ini, banyak dari kita mengharapkan Carra untuk meneruskan kiprahnya dan menanggalkan pernyataan pensiun layaknya Paul Scholes. Tapi itu mustahil. Kemampuan fantastis Carra belakangan menurut rekan saya yang merupakan penulis handal (Sebut saja Adji Ok) adalah kewajaran. Mengapa? karena tiap orang yang akan melepas pekerjaan yang dicintainya, akan melakukan yang terbaik jelang masa liburnya tersebut. Hormat Senjata Patut kita berikan kepada Kapten Carra pada akhir musim nanti, Duo Preman sekali pun patut berada di belakang Steven Gerrard untuk menghormati mentor dan pemimpin mereka bernama Jamie Carragher!!

@FakeRegista

4 comments: