Saga Suarez benar-benar menjadi suatu drama yang kian dilematis, jujur jiwa supporter saya terlukai atas apa yang suarez lakukan belakangan ini, tapi benak terdalam dalam diruang yang Tuhan ciptakan yang biasa kita sebut hati ini masih tak rela jika pemain yang punya kontribusi besar musim lalu ini harus pindah, apalagi ke tim tetangga. Ya itulah cinta, terkadang meski harus tersakiti ada keinginan untuk terus memperjuangkannya, bahkan disaat orang lain akan menertawakannya (Ababil akan sulit mencernanya..hehe). Sedari awal ketika Suarez mengatakan bahwa dia tak nyaman dengan media inggris, saya adalah pribadi yang paling rela suarez pindah dengan catatan harus hijrah keluar tanah Britania, mungkin dulu karena belum begitu cinta. Tapi sekarang atas isu yang telah beredar saya menjadi pribadi yang paling enggan mendengar berita Liverpool akan melepas Suarez apalagi melepasnya ke tim rival. Siapa yang rela jika orang yang di cinta pergi mengejar masa depannya bersama orang yang selama ini menjadi rivalnya? Siapa yang siap melihat kedepannya orang yang dicinta akan bercumbu mesra tanpa rasa bersalah dihadapannya? Ahh kalaupun ada pribadi yang bisa melakukannya dengan mudah, dia pasti manusia yang luar biasa. Saya? Saya mungkin susah atau malah tak bisa…
Paragraf pembuka
saya mungkin terlalu lebai, tapi itu lah yang dirasakan supporter yang berdiri
atas nama cinta. Tindakan yang paling benar dilakukan adalah berjuang untuk
mempertahankan rasa cintanya, ya paling tidak dengan sembunyi dan berlutut
kepada Tuhan sang pemilik cinta agar mengijinkan cinta itu tetap tumbuh bersama
untuk waktu yang lama. Dan harapan itu masih ada, dari apa yang diucapkan oleh
pemilik klub baru-baru ini. “atas alasan sepakbola, kami tidak akan melepas
Suarez” begitu kira-kira kata-kata JWH yang membawa asa. Saya tak langsung
jumawa atas secercah asa, masih tetap setia menanti peluit itu ditiup, peluit
tanda transfer window di tutup. Sebelum saatnya tiba bagian yang harus terus
dilakukan adalah senantiasa berdoa dan menjaga ekspektasi yang saya punya.
Ini yang harus
kita miliki dan lakukan, menjaga ekspektasi yang kita punya dengan memandang
sesuatu dari berbagai sisi. Bicara Liverpool FC bukan hanya bicara sepakbola
tapi ada sentuhan-sentuhan bisnis didalamnya. Bahkan pernah justru terbalik,
bisnis mengalahkan sepakbola, tentu kopites masih ingat kala Hicks-Gillet,
pengusaha diluar inggris yang berhasil menjadi orang tertinggi di Liverpool FC.
Kalau disuruh memilih, saya ingin berada di zaman ketika tampuk kepemimpinan
ada ditangan John Smith. Dalam
masa kepemimpinannya selama 17 tahun (1973-1990) pengusaha Inggris bernama lengkap Sir John Wilson Smith ini
mengendalikan Liverpool dalam meraih 11 gelar liga, tiga trofi Piala FA, empat
trofi Liga Champions dan dua trofi Piala UEFA. Liverpool pun menjelma menjadi
kekuatan utama di Inggris dan Eropa. Prestasi ini
membuatnya didapuk menjadi Direktur atau pemilik klub Liverpool tersukses
sepanjang sejarah. Tapi saya sadar saya hidup dizaman ini, saat dimana tongkat
itu ada di John W Henry. Ahh saya jadi berpikir kalau JWH bakal sukses jadi
pemilik Liverpool karena ada kesamaan nama dengan pendahulu-pendahulu yang
sukses dan memiliki nama John (John Houlding, John Mc Kenna dan John Smith).
Back to basic,
hal yang mau saya sampaikan lewat tulisan ini adalah tentang menjaga ekpektasi
terhadap berbagai hal yang berhubungan klub kita tercinta, Liverpool FC (Red :
termasuk kasus Suarez) dan memandangnya jangan hanya dari satu sisi tapi pakai
berbagai kacamata untuk memahaminya dari berbagai sisi. Mari belajar mencintai
Liverpool tidak hanya dengan melihat cannon ball Steven Gerrard atau aksi
brilliant Suarez ketika mencetak gol atau melakukan aksi “nutmeg”. Mari belajar
memahami Liverpool lebih dalam dari itu, memahami kondisi keuangannya, visi dan
misi pemiliknya, juga memahami apa yang ada di otak pelatih untuk menghubungkan
antara kondisi keuangan yang ada serta visi misi pemilik klub dan apa yang
menjadi keinginan supporter. Terkadang tak sejalan bahkan berlawanan. Dengan
kita memahami ini kita akan dengan gampang mengetahui posisi kita dan sadar
diri untuk membuat ekspektasi terhadap klub yang kita cinta. Dengan menjaga
ekspektasi, di musim lalu kita mungkin tak terlalu berharap mengangkangi rival
abadi kita emyu dan memaklumi jika akhirnya harus disalip tim sekota dalam
tabel klasemen EPL. Saya lebih memilih mengorbankan
posisi klasemen tahun lalu ketika melihat bahwa ada banyak rencana
jangka panjang untuk ke depannya daripada harus
menghadapi kemungkinan terjerembab kembali ke masa krisis keuangan hanya karena tergila
mengejar target klasemen. Dengan menjaga ekspektasi, di musim ini mungkin kita
tak terlalu berharap nama-nama besar akan menghiasi target incaran kita di
bursa transfer, bahkan kita perlu bantuan youtube untuk mengetahui siapa
sebenarnya pemain yang akan kita rekrut karena kurang terkenalnya target yang
kita incar. Tapi atas apa yang dilakukan Coutinho, Sturridge dan Iago Aspas
baru-baru ini, mengharuskan kita membuka mata, ada secercah harapan atas
strategi baru di Liverpool yang menyeimbangkan antara bisnis dan sepakbola. Dampaknya
mungkin bukan sekarang, tapi saya berharap secepatnya.
Kondisi
Liverpool seperti yang sekarang ini, menargetkan prestasi jangka panjang bukan
dengan cara instan, bisa jadi menjadi alasan kenapa Suarez harus bersikap
seperti ini. Umurnya sudah 26 tahun dia punya sejuta asa untuk karirnya,
mungkin dia berpikir dimasa Liverpool berjaya nanti dia sudah berada pada usia
tak produktif lagi dan kalah bersaing dengan talenta-talenta muda yang muncul
silih berganti. Bisa jadi…bisa jadi.. Saya akan merelakan dia pergi jika memang
ini alasannya, tapi harusnya tidak dilakukan dengan cara menjatuhkan harga
dirinya didepan semua pecinta sepakbola apalagi membuat sebuah joke ingin pindah
ke Arsenal untuk meraih trofi (Nasri,Fabgregas dan Van Persie akan tertawa
geli). Intinya Dengan memahami dari berbagai sisi kita akan tau meletakkan
posisi, tak lantas langsung membenci, apalagi mencaci maki, terlepas dari apa
yang telah kita dan klub beri. Kan ga lucu ketika terlanjur benci dan memaki
ternyata Suarez tetap bertahan dan musim ini membawa Liverpool ke puncak
tertinggi. Lebih baik menunggu sambil menjaga ekspektasi sampai peluit akhir
berbunyi, yang penting kita telah melakukan hal sesuai porsi, sebagai kopites
kita harus mendukung siapapun yang masih menyematkan Liverbird di dadanya, Luis
Suarez? Masih. kalaupun nantinya Suarez harus pergi… ya mungkin bukan rezeki, kembali
ingat kata-kata King Kenny ketika Torres cabut… “No one bigger than the club”.
@davidtigan
Cara pandang seperti ini yg masih jarang qt dimiliki sbgai pendukung sebuah team, karna Liverpool bkn hanya menyangkut kepentingan supporternya, melainkan sang pemilik, pelatih dan pemain jg jd pertimbangan...#YNWA
ReplyDeletekeren,,,saya juga memiliki pandangan seperti itu..saya sangat cinta LFC tp sllu realistis..dan saya bangga dengan sejarahnya tp bukan juga sebagai senjata banter dengan fans lain..hehehe.
ReplyDelete