25 September 2013

Ujian Bagi Sang Raja



Di tanah Inggris, atau tepatnya, Barclays Premier League, ada satu klub yang menduduki takhta tertinggi di klasemen sementara. Tak lazim, asing, dan bahkan tak terpikirkan di akal sehat para pecinta sepakbola sekalian. Liverpool Football Club, sebuah klub yang belakangan sering dicibir karena sudah empat musim terakhir gagal duduk di empat besar. Tak lazimnya, klub ini belum tersentuh kekalahan, penyerang andalannya, Sturridge, menduduki takhta top skorer di liga dan kipernya mencatatkan tiga clean-sheet dan saves terbanyak. Menurut para pendukung Liverpool yang jauh lebih dulu mengabdi ketimbang saya, mereka mengatakan ini start terbaik sejak terakhir 19 tahun yang lalu. Menariknya, hasil baik ini dicatatkan tanpa kehadiran bomber kontroversialnya, Luis Suarez, yang pekan depan akan habis masa sanksinya. Well...

Disini, konsistensi akan diuji. Liverpool sangat jarang berada di empat besar, alih-alih pemuncak klasemen, di awal kompetisi berjalan. Melihat jalur kemenangan di tiga laga awal, semua disapu bersih dengan tiga kemenangan, tiga gol tunggal Sturridge di masing-masing laga, clean-sheet kiper anyar Mignolet, dan hebatnya, semua adalah klub yang sukses mengalahkan Liverpool musim lalu,. Bahkan, Manchester United yang musim lalu menaklukkan Liverpool home dan away, terpaksa menunduk kesal kala di menit ke 4 gawang De Gea dibobol Sturridge. 

Namun, hasil sedikit berbeda kala melawat ke Liberty Stadium, kandang dari Swansea City yang berhasil memaksa Liverpool berbagi poin, padahal menurut para pengamat sepakbola diluar sana, laga ini harusnya menjadi penyumbang tiga poin sempurna. Apa sebab? Beberapa faktor dimalam itu dan (mungkin) menjadi faktor penentu di beberapa laga kedepan.

1. Ketidakhadiran pemimpin dibelakang
Absennya Kolo Toure dan Daniel Agger memaksa Rodgers menurutkan muka lama tapi baru, Martin Skrtel dan ditandemkan dengan wajah segar nan berkarakter Mamadou Sakho, pemain termahal Liverpool musim ini. Duet mereka cukup bagus, namun tak bisa menjaga fokus hingga terpaksa membiarkan Michu membobol gawang Liverpool di jelang akhir laga

2. Tumpulnya serangan dari kanan
Kemenangan lawan Man. United dibayar mahal dengan cederanya tukang blok terbanyak dilaga itu, Glen Johnson, akibat bertabrakan dengan Evra. Terlihat saat melawan Swansea, Wisdom, sering out-of-position. Kurang penetrasi kedepan, sehingga menyebabkan serangan di sisi kanan kurang hidup. Henderson yang dipercaya mengisi sisi kanan harus bekerja ekstra melindungi bola dan sesekali harus mengirimkan bola lambung karena kesulitan bertukar posisi dengan Wisdom

3. Minim kreativitas 
Coutinho, playmaker terbaik kita sejauh ini, berperan penting mengobrak-abrik pertahanan. Gaya khasnya yang ditempatkan disisi kiri sering kali menusuk ketengah dan menjadi 'dummy' untuk menarik bek dan memberi ruang atau sesekali mengirim umpan cantik ke Sturridge maupun Aspas. Namun, apa daya, hantaman Ashley Williams dan salah posisi jatuh menyebabkan Coutinho harus menepi sekitar 5-6 pekan. Sebuah kehilangan besar bukan? 

4. Iago Aspas
Pemain baru ini diproyeksikan sebagai pelapis Suarez dan berhasil menyempurnakan debutnya dengan 1 assist, namun di 3 laga terakhir belum bisa menunjukkan kreativitasnya seperti saat masih di Celta Vigo. Dia sendiri pernah berkata bahwa Inggris dan Spanyol memainkan sepakbola berbeda. Alasan yang cukup masuk akal, jika kita tak membandingkan debutnya dengan si nomor 9 terdahulu.

Namun, bukan berarti tidak ada faktor baik juga. Kembalinya Suarez di pekan ke 6, kemungkinan pulihnya Daniel Agger dan Kolo Toure dalam waktu dekat, dan kecemerlangan Luis Alberto kala bermain bersama U-21 diharapkan mengangkat moral sang raja yang rekor clean-sheetnya ternodai 2 gol Selasa lalu. Belum lagi debut Moses yang sempurna dengan golnya kemarin, Ilori yang katanya memiliki sprint cepat, dan jika Sturridge telah fit 100%, sang raja akan 'betah' berada di puncak klasemen untuk waktu yang lama.

@denny_thereds

No comments:

Post a Comment