6 February 2014

What a Miss, Liverpool!



Sepak bola adalah permainan yang cukup emosional. Khusus untuk penonton dan suporter, tak jarang jantung kita dibuat berhenti sejenak karena satu momen. Ketika seorang striker sudah one on one dengan kiper lawan, dan gagal mencetak gol. Kekecewaan menyeruak. Atau saat sebuah gol datang di masa akhir pertandingan.

Mungkin sudah terlanjur larut dan terlambat untuk membicarakan satu fokus ini. Tetapi kekecewaan yang terbang ke langit bebas, untuk saya pribadi, menjadi alasan utama munculnya karya singkat ini. Yevhen Konoplyanka. Remember The Name? Sebuah nama yang mungkin tadinya sulit dilafalkan, hingga akhirnya anda dapat menuliskannya dengan sempurna di luar kepala.

Liverpool bermain super pragmatis di bursa transfer musim dingin. Namun, The Reds mencoba melakukan Blitzkrieg (serangan balik kilat) pada menit terakhir. Harapannya jelas, bisa meniru cara Arsenal mendapatkan Mesut Ozil musim panas lalu. Incaran The Reds di tiga hari terakhir bursa memang tak memiliki faktor kebintangan sebesar Ozil, tapi, winger sebuah klub bernama Dnipro Dnipropetrovsk tersebut, jelas berkualitas.

Penyabet ban hitam karate ini bisa dibilang selangkah lagi bergabung dengan Liverpool. Sayang, hal tersebut gagal terealisasikan. Entah siapa yang salah ketika anda melihat dua pernyataan berbeda antara Dnipro dengan The Reds. Kekecewaan pemain yang dianggap sebagai "The Best Ukraine Player after Andriy Shevchenko" ini jelas terlihat setelah pernyataannya terlontar di media.

"Not at all upset! Well, I will not hide it, there is a little resentment. But, life goes on. I need to treat this like a sleep. I woke up and carried on. I will search for the next dream. I hope that everything will turn out okay," ucap pemain berusia 24 tahun tersebut.

Ya, Liverpool sudah menyetujui klausul penjualan sang pemain dan dianggap sudah sangat dekat untuk mendatangkannya. Seperti seorang pemain yang one on one dengan kiper dan tinggal mencetak gol di masa injury time, tapi tendangan tersebut malah missed dan keluar jalur.

Anda bisa membayangkan perasaan Konoplayanka yang sudah antusias memulai karier di luar negaranya dan dikecewakan di menit terakhir. Meski Direktur Dnipro mengatakan Liverpool 1000 persen akan kembali mencoba menggaetnya musim panas nanti, tak ada yg pasti dalam sepak bola, selama belum ada hitam di atas putih. Apalagi Liverpool adalah target pembajakan bagi tim-tim lawan. Tim yg mungkin paling mudah ditikung soal transfer pemain.

Dia tak sehebat Cristiano Ronaldo atau Juan Mata memang, tapi levelnya jelas setara dengan incaran-incaran Liverpool pada musim panas yang gagal macam Henrikh Mkhitaryan dan Willian. Pun lebih baik dengan Mohamed Salah (meski dia dianggap opsi kedua karena Liverpool gagal menggaet winger Mesir itu).

Banyak orang mengatakan bahwa Merseyside Merah juga tak membutuhkan winger tambahan. Adalah Bek Kiri, Bek Kanan, dan Gelandang Bertahan yang krusial saat ini. Mungkin mereka berpikir Philippe Coutinho dan Raheem Sterling sudah cukup berkualitas dengan back-up kelas dunia macam Victor Fuckin Moses (Sang pemain terbaik Afrika) dan Iago Aspas, Okaay, then.

Jujur, dari hati yang paling dalam, saya menjadi sosok yang sangat kecewa akan kegagalan ini. Mungkin saya tak terlalu memerlihatkannya pas hari H deadline tersebut. Tetapi, kegagalan ini sama rasanya dengan patah hati. Apalagi melihat prosesnya yang hampir selesai dan deal.

Saya memiliki kekaguman yang cukup mendalam kepada Konoplyanka sejak dua tahun lalu. Sama dengan kekaguman kepada pemain selain Liverpool seperti Marco Verratti dan Emre Belozoglu. Melihat sosok yang mampu bermain di tiga role berbeda di belakang striker tersebut, hampir bergabung dengan klub yang anda cintai, dan gagal, rasanya sungguh luar biasa.

Menilik dari pertandingan antara Ukraina vs Inggris dua tahun lalu di Wembley dalam pagelaran kualifikasi Piala Dunia 2014, tentu kualitas Konoplyanka tak perlu diragukan. Seorang diri sang pemain mengacak-acak timnas paling Overrated sedunia itu. Kono pun mencetak gol semata wayang yang membuat skor akhir menjadi 1-1.



Pun winger satu ini menjadi nyawa permainan Ukraina dan satu-satunya pemain andalan Dnipro yang membawa timnya menembus empat besar, bersaing dengan Shakhtar Donetsk, Dynamo Kyiv, dan Metalist Kharkiv.

Anda tak tahu apa yang akan terjadi musim panas nanti, apakah harapan palsu atau kemenangan hati  yang menjadi akhir. Ingat, pelatih Dnipro adalah Juande Ramos, mantan manajer Tottenham Hotspur. So, Liverpool patut waspada jika masih berupaya menggaet winger ini. Jika pada akhirnya sang pemain memilih klub lain, sungguh kerugian yang cukup menyakitkan untuk kubu Anfield, What A Miss!

Written By: Redzi Arya Pratama (@redzkop)

1 comment: