Semesta menjadikan Jumat, 30 Mei ini sebagai hari spesial.
Jumat Barokah. Mungkin itu istilah yang tepat bagi kaum muslim. Atau Jumat
Agung, walau tak seagung makna sebenarnya bagi umat kristiani. Tepat 34 tahun
yang lalu, Tuhan menurunkan seorang yang menjadi harapan bagi Kota Pelabuhan di
Inggris, Merseyside. Tepat 30 Mei 1980, Steven George Gerrard, lahir ke muka
bumi ini.
Tak perlu menceritakan sekelumit perjalanan karier Gerrard
di lapangan hijau. Saya yakin, fan Liverpool maupun fan sepak bola secara umum
sudah mengetahui seperti apa perjuangan sang pemain. Izinkan saya untuk
mencurahkan isi hati secara penuh kepada kapten Liverpool tersebut. Lewat surat
terbuka ini:
Dear, Stevie G. Mungkin sudah beribu salam hangat dan surat
akrab yang mendatangi rumahmu hari ini. Engkau pun diyakini tak terlalu
memikirkan hari ulang tahun dan fokus untuk memimpin skuat Inggris yang sedang
menjalani pemusatan latihan. Karena siapa lagi yang bisa membuat semangat para
penggawa menggebu selain dirimu di tim? Roy Hodgson?
Waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin melihatmu
mencetak gol perdana solo run yang istimewa. Rasanya baru kemarin melihat
engkau diangkat menjadi kapten termuda. Baru kemarin melihat seorang memberikan
seluruh keringat dan motivasi sehingga Liverpool mampu bangkit di tanah Turki.
Semua telah engkau raih. Semua trofi selain Premier League
pada level klub. Kau juga sempat berkata bahwa akan sulit mengangkat trofi BPL
pada sepak bola modern, yang ironisnya kau sanggah sendiri pada akhir musim
ini. Jangan pernah sembunyikan mimpi, Stevie. Jangan tiru diriku yang
menjadikan pesimistis sebuah harapan untuk kebahagiaan.
Menahan kejemawaan adalah hal paling sulit di dunia. Anda
semua tentu tahu perjuangan Gerrard mengangkat Liverpool seorang diri pada
masa-masa sulit beberapa tahun terakhir. Sebagai anak lokal Liverpool, mimpinya
menjadikan The Reds kampiun lokal penuh dengan aral melintang. Tak kaget jika
melihat air matamu yang tertahan bertahun-tahun lepas saat Liverpool
mengalahkan Manchester City.
Hope. Mungkin itu
yang engkau lihat setelah laga itu. Harapan untukmu mengangkat trofi indah yang
ditunggu sejak lama. Seorang Gerrard yang dingin dan berwibawa, menyelesaikan
perang dengan air mata bahagia, bagaimana kami tak ikut menangis melihatmu
seperti itu? Sayang, Tuhan belum merestuimu untuk mewujudkan mimpi itu pada
musim 2013-14. Tak apa, rumput kadang terlalu licin untuk dipijak. Tapi, api
semangat akan terus berkobar hingga waktu yang tak ditentukan.
Usiamu tak muda lagi. 34 tahun adalah usia senja untuk
pesepak bola. Tak semua pemain mampu tampil maksimal pada usia tersebut. Bahkan
ada yang sudah memilih pensiun. Tapi aku tahu hasratmu masih sangat besar.
Engkau sangat berhasrat mengangkat trofi di Brasil nanti. Bernafsu membawa
Liverpool menjadi yang terbaik di Inggris. Sebagai pemain kelas dunia,
kesetiaanmu sudah melebihi rata-rata. Tak ada yang mudah. Tak apa. Tuhan selalu
memberikan reward kepada orang yang
tak lelah dalam berusaha. Kesabaran tak ada batasnya dan diujung kesabaran itu,
pasti ada keindahan yang tak terjamah perasaan.
Dear, Stevie G. Namamu mungkin sudah tak tersentuh oleh para
fan The Reds. Posisimu sudah setara dengan Zeus. Apapun yang kau lakukan, baik
atau buruk, hanya akan membuat kami tersenyum. Melawanmu sama dengan bunuh
diri. Tetapi, boleh kami sesekali merasa kesal? Cinta yang baik adalah cinta
yang mampu memperbaiki satu sama lain. Cinta tak selalu bahagia. Jika engkau
melakukan salah, boleh kami sedikit menyerangmu? Bukan menjatuhkan, tetapi
untuk memastikan bahwa engkau bisa cepat bangkit dari lubang.
Toh pada akhirnya engkau tetap sama. Engkau tetap menjadi
idola. Engkau tetap menjadi contoh pemain paling setia di muka bumi. Engkau
tetap Steven Gerrard, kapten Liverpool.
Doa itu universal kan? Aku baru sekali tatap muka dengan
Gerrard, itu pun saat keangkuhan sedang menyelimutimu di bilangan hotel di
Jakarta, tahun lalu. Tapi, doa akan terus aku haturkan untuk sesosok idola.
Persetan dengan sikapmu saat itu. Doa sederhana. Karena kami hanya bisa
berusaha lewat doa, sedangkan engkau harus berusaha melalui tenaga dan
perjuangan tiada tara.
Tuhan, jika memang engkau maha segalanya, berikan satu tanda
mata terindah untuk orang yang telah berjuang untuk tanah kelahirannya sejak
lama. Berikan dia satu kebanggaan terbaik dan terepik dalam sejarah prestasi di
dunia. Sehingga kami bisa melihat senyum paling lepas saat dia memutuskan untuk
pergi dari sepak bola.
Selamat hari lahir, Steven Gerrard. Mungkin aku adalah orang paling menyebalkan belakangan ini. Menghakimimu saat performa sedang tak maksimal. Membanding-bandingkan dan menyadari engkau tak pantas dipuja laiknya sang pencipta. Hingga, terus mengingat adegan memalukanmu di Anfield saat menghadapi Chelsea dan memudarkan harapanmu sendiri. Tetapi, itu semua hanya tanda cintaku yang teramat besar. Semua itu hanya bumbu bahwa hubungan tak selalu adem ayem laiknya suasana pedesaan. "Pedas" itu hanya menambah rasa hormat dan cintaku kepadamu. Semua demi kebaikan. Tetap semangat dan terus berjuang demi sisa-sisa mimpi yang engkau dambakan, Steven George Gerrard.
Heh geblek, lo se enak2nya aja nyinyirin liverpool ama gerrard setiap sebelom maen, sok sok pesimis lah, tapi pas liverpool ada chance juara terus slip kena gerrard kepleset, lo ungkit2 ama lo nyinyir2in terus.
ReplyDeleteLah bukan nya lo sendiri yg pesimis ama maennya gerrard ama liverpool selama musim kemaren? Terima lah ama omongan lo kambing.
Gue ngomong gini, ga usah lo bilang gue mendewakan gerrard.
Gak bagus bagus amat tulisan surat lo buat gerrard.. Kalo gue jadi lo, sekalipun dia gak dapet trofi BPL gue tetep bangga, sekalipun dia own goal/terpleset setiap pekan'a gue tetep bangga..setidak'a pemain ini tetep bertahan walaupun banyak tawaran menggiurkaan diluar sana
ReplyDeleteUntuk dua yang di atas, saya tidak mencoba membela penulis. Tapi sebagai sesama fans Liverpool, sama - sama mencintai nama yang sama, mari kita hargai tulisan di atas. Bukan maksud saya untuk menggurui, tapi cobalah melihat sisi positif dari apa yang telah dipaparkan. Meskipun ada hal hal yang menguras emosi, itu semestinya bukan menjadi alasan kita mencaci tulisan yang memaparkan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Tulisan di atas bagi saya, percayalah, hanya tulisan -tulisan yang tidak bermaksud untuk menjelekkan nama besar seorang Gerrard. Tulisan di atas adalah pandangan seorang penulis yang sudah dalam - dalam memikirkannya. Meski pada akhirnya tidak semuanya mau menerimanya. Saya pun bukannya merasa paling benar, tapi sekedar berusaha menghargai sebuah karya untuk legenda kita semua.
ReplyDeleteSalam hangat,
Yang mencintai Liverpool, sana seperti kalian
Dear reds, woles, adem adeemm.. :)
ReplyDeletesiapapun boleh berpendapat. dan pendapat orang lain boleh banget berbeda ama kita. penyampaian pendapat pun bisa beda2 dan itupun sah2 aja. tapi biar beda2, hakikatnya (tsaah) kita sama, sama2 fans liverpool, sama2 cinta liverpool. tiap orang punya cara masing2 dalam mengungkapkan cinta, dan caranya mas redzi ini mungkin beda dengan kebanyakan kita. tapi yakinlah, waktu game terakhir vs newcastle perasaan mas redzi ini pasti sama seperti kebanyakan kita; tangan bertepuk memberi applaus respect saat layar memeperlihatkan pesta di stadion emirates, tapi mata merah sedikit berair, menangis dalam diam...
game terakhir vs newcastle gw hadir di epi-walk, nonbar bareng sodara2 se-merah dari jakarta, tangerang, tangsel, depok, bekasi. disitu gw pertama kali kenal sama mas redzi ini, dikenalin ama abang gw. pepatah "tak kenal maka tak sayang" itu bener. kalo kalian kenal ama mas redzi, apapun yg dia omongin pasti maklum, karena sejatinya dia sama ama kita. one of us. seperti ngeliat sodara lagi ngedumel aja hehehe..
keep writing mas redzi, be strong!
#LFCFamily #YNWA
Apa pun itu... Liverpool tetap di hati. Liverpool bukan karna 1 orang, tapi karna kerjasama
ReplyDelete