22 September 2014

Y.N.W.A


Akhir pekan lalu, Sabtu (20/9), Liverpool menyambangi Santiago Bernabeu di ajang lanjutan Liga Champions, yang tentu saja adalah markas besar Real Madrid. Jika ditilik dari rekor pertemuan, The Reds yang datang sebagai tim tamu disebut punya modal kuat untuk mencuri poin di ibukota.

Di pertemuan terakhir saja, dengan Iker Casillas sedang berada di puncak penampilan tak bisa menghadang Steven Gerrard dan kawan-kawan memberendel gol. Apalagi seperti sekarang di mana mereka saja harus kalah dua kali di kandang sendiri di awal musim.

Seperti layaknya partai-partai besar lainnya, Brendan Rodgers sebelum laga menyampaikan dalam konfrensi pers bahwa Liverpool tidak punya masalah dengan mengantisipasi bola-bola mati. Itu berarti masalah kebobolan dengan cara yang aneh melawan Aston Villa bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.

Tentu saya manggut-manggut setuju. Gareth Bale dan Cristiano Ronaldo tidak akan pernah mengancam karena Liverpool punya Javier Manquillo, yang dulunya bermain untuk Atletico Madrid B, dan Alberto Moreno, yang ikut membawa Sevilla ke tangga juara Europa League bersama Sevilla, tampil menawan di laga-laga sebelumnya.

Apa lacur, laga di Santiago Bernabeu itu berakhir tak seperti yang diperkirakan. Belum apa-apa berawal dari bola mati, tuan rumah berhasil mencetak gol lewat aksi Sergio Ramos yang tak terkawal di depan gawang.

Saat itu saya berpikir, mungkin salah menerjemahkan komentar Brendan Rodgers di awal laga tadi. Mungkin sebenarnya ia khawatir dengan kemampuan anak asuhannya bertahan dari situasi set piece. Ya, mungkin saya yang salah.

Tapi kemudian Cristiano Ronaldo menceploskan bola dengan cara yang luar biasa. Entah apa yang dimaksudkannya pertama kali, tapi ia berhasil melob bola di dalam kotak penalti ke tiang jauh gawang Simon Mignolet.

Berusaha menemukan alasan logis, saya berpikir namanya juga peraih Ballon d'Or -- pemain terbaik dunia, apa yang tak bisa dilakukannya dengan bola. Gol-gol seperti itu sering dilakukannya, saya saja yang payah tak pernah menontonnya berlaga sebelum-sebelumnya.

Lucas Leiva yang saya kagumi, malam itu gagal bersaing dengan trio gelandang Real Madrid yang dipenuhi bintang hingga akhirnya diganti. Toni Kroos, Luka Modric dan James Rodriguez menjelajahi lapangan semau mereka. Steven Gerrard yang berperan sebagai gelandang bertahan sampai gagal melakukan umpan terobosan, tidak melakukan tembakan, dan gagal memenangi tekel.

Jika melihat mewahnya tiga gelandang yang digunakan Carlo Ancelotti, nampaknya wajar jika dua pemain Liverpool di atas gagal menunjukkan kemampuan terbaiknya. Wajar, dong. Namanya juga lawan Real Madrid.

Paruh babak kedua dimulai, Adam Lallana menggantikan Lucas. Pasti karena alasan ia lebih tampan dari pemain asal Brasil itu. Tapi hasilnya terbukti lebih baik, Liverpool mendominasi laga. Terbukti terjadi peningkatan dibanding laga kontra Aston Villa di mana hanya ada satu tendangan yang mengarah ke gawang dibanding enam saat berhadapan dengan Los Blancos.

Saat The Reds begitu dekat dengan gol penyama kedudukan ditambah Don Carletto sudah menggunakan semua pergantian pemainnya, sedangkan Toni Kroos yang mengenakan nomor punggung 8 dan berbaju ungu terlihat terpincang-pincang -- secara menakjubkan Gareth Bale yang pernah mengakhiri musim dengan torehan 0 gol dan 0 assist bersama tim yang tidak tau apa itu memberikan umpan yang ciamik kepada pemain pengganti Javier Hernandez.

Tentu kekalahan di Bernabeu ini akan jadi lecutan sebelum laga yang diprediksi akan biasa-biasa saja di Boleyn Ground markas West Ham United. Ya, tak masalah meski akhir-akhir ini Diafra Sakho dan Stewart Downing sedang senang sekali membobardir gawang lawan-lawan antah berantah mereka itu.

8-2? Ah, kalau melihat kemungkinan Glen Johnson bisa kembali pulih fit total dalam kurun waktu sepekan lagi, Downing dan Sakho yang biasa bertukar posisi harus ketar-ketir menghadapi sang bek paling tangguh di tanah Britania itu. Dan siapalah itu, Mark Noble, Cheikhou Kouyate dan Alex Song, yang cuma jadi cadangan di Barcelona.

Belum lagi ditambah semakin kompaknya Dejan Lovren dan Mamadou Sakho yang akan membuktikan diri kebenaran ucapan Rodgers bahwa mereka bisa melakukan man-to-man marking dan tidak akan menyundul bola ke arah Gareth Bale seperti akhir pekan lalu. Ya, pasti kedua pemain yang ditotal seharga 36 juta pounds ini pasti bisa menggantikan peran Daniel Agger yang sudah pulang kampung.

Dengan begitu, keoptimisan meraih tiga poin bukan hanya di pikiran belaka, karena ada pepatah yang mengatakan bahwa apalah anak muda tanpa berpikir positif. Tentu saja, saya optimis menang, toh lawannya cuma West Ham United.

Y.N.W.A

Ditulis dengan khidmat oleh: @MahendraSatya

5 comments:

  1. Apasih mz pandit bal abal ga jelas?!

    ReplyDelete
  2. Ntah lah, saya gagal paham dengan tulisan ini. Apa karena saya yg terlali bodoh atau apa. Yg pasti saya tidak mengerti maksud tulisan ini.

    ReplyDelete
  3. "west ham" disini ibarat arti "real madrid" dan "real madrid disini ibarat arti "west ham"? CMIIW

    ReplyDelete
  4. ga kemakan sarkasnya brrti yg ga ngerti

    ReplyDelete
  5. Nyinyir berkedok sarkas. Bitch.
    Bikin lah artikel yg ngasih pengetahuan ke follower lo, seperti mengapa permainan lfc musim lalu udah bagus, kemudian sekarang awal musim menurun lagi. Atau apa yg salah dari 3 match terakhir, padahal lawan tottenham udah menunjukkan permainan yg membaik.

    sekarang banyak fans lfc dibodohi oleh pandit2 kayak lo, harus pesimis lah, anti jamawa lah, bla bla bla....
    kalo ada yg optimis disangkanya jumawa, prick.

    ReplyDelete