27 February 2014

Versi Upgrade Brad Jones

Tak ayal Simon Mignolet punya andil besar membawa the Reds terlihat perkasa musim ini tanpa bantuan viagra. Tanpa kemampuannya memblok bola yang mengarah ke gawang tim Merseyside itu sudah pasti tiga kemenangan beruntun di awal musim beserta clean sheet tak bisa diraih.


Yang saya coba tekankan adalah improvement yang terjadi setelahnya. Liverpool yang sebelumnya cuma 'hidup' di babak pertama kini terlihat sama berbahayanya di paruh kedua pertandingan. Tanpa andil pria yang menguasai lima bahasa ini di bawah mistar anak-anak Brendan Rodgers akan kehilangan banyak poin seperti yang sudah-sudah.

Tapi efek samping dari plan A Rodgers yang menuntut kesempurnaan perlahan-lahan mulai terlihat. Tanpa kehadiran Jamie Carragher yang suka berteriak memberikan komando, lini belakang Liverpool mulai terlihat limpung.

Sebutlah Daniel Agger yang musim ini menjadi wakil kapten tim dan juga kapten dari tim nasional Denmark mempunyai jiwa pemimpin, atau Kolo Toure yang di tim sebelumnya memang berperan sebagai kapten. Kehadiran mereka di lini belakang tak bisa menggantikan peran Carra.

Hasilnya buruk. Sungguh tak diduga jika masa sebelum pensiun, Carragher yang tak pernah menjadi salah satu bek tengah terbaik oleh para pundit, malah sangat berpengaruh besar ke Liverpool. Karena statistik tak bisa disangkal, maka bukti sahih dari borok lini belakang itu adalah jumlah error leading to shot or goal yang diraih tim berkostum merah-merah itu menjadi yang tertinggi di Premier League.

Media punya peranan memblow-up betapa buruknya performa lini belakang the Reds, tapi tanpa bantuan mereka pun dengan mata telanjang kita bisa melihat bawah ada borok di posisi yang kerap diotak-atik Rodgers itu dan gagal diselamatkan oleh Mignolet.

Sistem rotasi, absennya pemain-pemain belakang semacam Mamadou Sakho atau Jose Enrique atau performa buruk Glen Johnson dan Aly Cissokho yang cuma bagus dijadikan bahan lawakan kerap dijadikan alasan. Tapi sebetulnya jika kita membicarakan koordinasi maka ada hal yang lebih penting.

Kenyamanan adalah kata yang hilang dari lini belakang the Reds setelah pensiunnya mantan pengguna No.23 itu. Dan karena saya termasuk orang yang suka berprasangka baik, mungkin musim depan kenyamanan dan koordinasi yang muncul setelahnya bisa terlihat.

Kiper Liverpool sebelumnya bernama Pepe Reina, ia dipinjamkan Liverpool ke Napoli awal musim ini. Ia jelas tidak akan kembali karena hadirnya sosok bernama Xavi Valero dan Rafa Benitez di Naples. Tapi mungkin, sosok senior sepertinya di belakang adalah solusi dari pembenahan lini belakang.

Tidak, saya bukan merindukan blunder-blundernya - karena Iker Casillas dan Gigi Buffon pun tak bisa dipisahkan dari kata blunder, yang saya rindukan adalah kemampuannya berperan sebagai sweeper goalkeeper dan sosok seniornya sebagai kapten ketiga tim musim lalu.

Sebagai penganut filosofi penguasaan bola, Rodgers menuntut 11 pemain mampu memainkan bola di kakinya. Membangun serang dari lini terdalam. Yap, peran yang akan dijalani oleh Reina dengan baik.

Dalam keadaan normal, Rodgers akan dengan senang hati memilih tipe kiper seperti Reina yang nyaman memainkan bola di kakinya. Mungkin ada misi mengganti pemain yang berkepala tiga, bergaji tinggi dan suka blunder dengan yang lebih muda dan lebih murah, saya tidak tahu.

Biasanya, jika pemilik No.25 itu tak bermain maka kiper asal Australia yang akan bermain. Mantan kiper Middlesborough bernama Brad Jones. Tak teruji tapi terkadang cukup bagus dalam positioning, dan tampak kikuk seperti Penguin yang berjalan di darat jika lama-lama memegang bola. Dan seperti yang saya bilang sebelumnya, Jones bukan tipe kiper yang cocok untuk dijadikan sweeper keeper ia bertipe shot stopper.

Nama Pepe Reina sudah menjadi masa lalu. Bahkan sekalipun Napoli enggan mempermanenkannya ia sudah dipastikan hengkang. Dan walaupun saya bukan penggemar beratnya, kurangnya kemampuan koordinasi sang kiper baru dari Belgia dan kikuknya ia dengan bola membuat kenyamanan itu hilang. Saya tak tahu dengan Anda, tapi melihat Mignolet mencoba mengumpan ke Skrtel atau Toure di depannya terlihat sangat mengerikan.

Coba lihat situasi di White Hart Lane beberapa waktu lalu. Kikuknya kiper berusia 25 tahun itu dengan bola berhasil diserobot oleh Roberto Soldado yang untungnya dianulir karena dianggap sudah melanggar terlebih dahulu, walaupun saya tidak tahu di mana elemen pelanggarannya.

Mignolet masih punya banyak waktu untuk memperbaiki semua kekurangannya dengan semakin bertambahnya usia, pengalaman, serta seberapa lama ia bertahan di klub dan menjadi sosok senior; karena mengubah tipe permainan seorang pemain terlebih di posisi kiper sangat tidak mudah, dan seperti halnya memohon Jose Enrique diberhaki otak Fabio Aurelio - meminta kepada Tuhan agar Mignolet yang punya refleks jempolan khas seorang kiper tradisional diberkahi kaki selincah milik Reina tanpa proses terlebih dahulu kecil kemungkinannya.

Tapi jika tak buru-buru dibenahi, buat saya Simon Mignolet cuma versi upgrade yang lebih baik dari Brad Jones, seorang shot stopper handal tapi tidak dengan kakinya.

Ditulis oleh: @MahendraSatya
Read more ...

20 February 2014

Kisah Cinta Aly dan Livi



Awalnya, aku ogah menulis ini. Tapi, lama kelamaan jiwa dan perasaan sudah tak mampu menahan belenggu yang ada. Aku harus memberitahukan kepada kamu perasaan ini. Perasaan yang mungkin tak terlalu berarti untuk kamu sebagai sosok besar yang digilai banyak orang.

Aku bukan sosok spesial. Aku hanya butiran kerikil yang beruntung bisa terlihat olehmu. Aku mengalami banyak masalah dengan mantan-mantan sebelumnya. Padahal, aku merasa tak berbuat kesalahan. Mungkin mereka hanya minder memiliki lelaki yang tampan dan memiliki senyum spesial ini.

Pada suatu malam, saat sedang asyik menikmati sisha di salah satu kafe Spanyol, ada seseorang yang menelponku. Dia berbicara dengan lantang, berbicara bahwa anaknya ingin berkenalan denganku. Aku shock, sesosok ternama ini ingin berkenalan. Aku pun terbang ke Inggris. Disambut dengan sebotol wine kesukaan, ini menjadi sambutan yang sangat hangat. Adalah mimpi bisa berada disini dan dekat dengan sesosok luar biasa.

Setelah berkenalan dengan beberapa pelayan dan staf di rumah yang akan aku tempati kurang lebih satu tahun, akhirnya diri ini resmi menjadi bagian dari keluarga baru. Aku tak sabar untuk bertemu dan menunjukkan semua yang terbaik kepada kamu, sang kekasih idaman.

Sayangnya, saat pertama kali diberi kesempatan untuk mendekatimu, aku malah terpeleset dari tangga. Aku menangis tersedu-sedu karena merasa sakit yang teramat sangat. Bukan, bukan sakit karena jatuh, tapi lebih ke sakit hati karena gagal menunjukkan cinta kepada sesosok yang aku idam-idamkan sejak lama.

Antusiasme sempat berubah menjadi frustrasi yang teramat besar. Karena kusadari, banyak sainganku yang lebih tampan secara harfiah. Apalagi, banyak beberapa penggila rumah baru ini yang menghina-hinaku dan dianggap sebagai aib. Memikirkan itu, aku hanya bisa menunduk tiap malam, mendengar gemericik air di pelabuhan, atau menatap bulan yang tak kunjung berbicara secara menawan.



Ketampananku ini memang berbeda. Tampan yang sangat batiniah. Hanya sosok-sosok spesial yang mampu melihat ketampananku. Sosok yang memiliki kekuatan batin besar. Aku tak menyangka cobaan begitu berat di rumah baru ini. Kemampuanku untuk menarik perhatian memang tak signifikan. Senjataku hanya satu, senyum.

Ketika makan, aku tersenyum. Ketika bertemu saingan aku tersenyum. Ketika melihat bulan aku tersenyum, bahkan ketika emosi pun aku tersenyum. Tetapi senyum terindah itu baru akan muncul ketika aku merasa memberikan yang terbaik untuk kamu yang istimewa. Tak peduli dengan kritik dan hinaan orang di luar sana.

Tuhan maha baik, mengalami masalah cukup pelik dan jarang dilirik pada setengah tahun pertama di rumah baru, aku akhirnya mendapatkan apresiasi cukup istimewa setelah tahun 2013 pergi. Gigiku akhirnya kering dengan hasil.



Memang aku masih malu-malu menunjukkan kemampuan. Kadang aku membuatmu kesal karena tindakan bodohku. Mudah-mudahan engkau memaklumi ketika ketegangan ini memuncak, maka kebodohan apapun bisa terjadi. Satu yang terpenting, aku melihat wajah bahagia dirimu selama bersamaku. Bahkan, senyum luar biasa itu merebak indah. Kamu tertawa dengan candaan-candaan kuno ini. Aku patut bersyukur memiliki kebodohan alami dan senyuman berciri khas.

Mungkin aku hanya jadi pilihan kesekian untukmu sang bidadari, karena pelbagai alasan yang masyarakat sudah ketahui. Tapi tak ada yang bisa aku lakukan selain bersyukur pada dua bulan pertama 2014. Dua bulan penuh cinta, dua bulan terindah dalam hidup, dua bulan yang membuat beberapa orang memberikan sedikit respek untukku. Senyumku saat ini lebih tulus, aku tak akan berhenti tersenyum karena hal ini menularkan cinta kepada banyak pihak.

Waktuku untuk memberikan cinta yang maksimal dan kemampuan terbaik pada sisa tiga bulan ke depan. Aku tak peduli akan status. Sama sekali tak memikirkan apakah aku akan dikembalikan ke Spanyol atau tidak. Motivasi besar datang dari salah satu legenda rumah ini yang tak diperhitungkan kemudian menjadi Cult Hero pada 2005 lalu. Bahkan potongan dia mirip denganku. Perbedaannya hanya dari ukuran kepala, dia bulat, aku kotak. Bibir sama-sama seksi lah.



Ooh iya, aku sampai lupa mengenalkan diri. Namaku Aly. Aly Cissokho. Bisa dipanggil Aly atau Keju (Ciss). Umurku 26 tahun, usia matang untuk memiliki kemampuan khusus. Hobiku menggosok gigi. Karena itu senyumku tak pernah habis. Unlimited Smile ungkap sahabat-sahabatku seperti Kolo, Victor, dan Mamadou. Rumah baruku berada di daerah Merseyside.

Dia, dia yang aku cinta memiliki panggilan Livi. Liverpool nama panjangnya. Dia adalah bidadari kayangan untukku. Dia tak kaya, bahkan berada pada keluarga yang sedikit egois. Untungnya, Livi adalah sosok yang sangat sabar dan rendah hati. Pun, memiliki ayah bernama Brendan yang selalu memberiku masukan-masukan luar biasa tentang hidup. Tanpa Brendan, aku tak akan berada di rumah kuno nan mewah ini.



Akhir kata, aku ingin mengucapkan sesuatu untukmu, Livi. Mungkin engkau bukan cinta pertamaku dan aku bukan pria terbaik dari pria-pria yang engkau kenal. Tetapi aku tak akan menyerah demi kebersamaan kita. Kebersamaan yang aku harapkan bisa selamanya. Seperti Mark Anthoni dan Cleopatra, Pyramus dan Thisbe, hingga Romeo dan Juliet. Wajahku tak akan berubah seperti serial Beauty and The Beast, tetapi itu berbanding lurus dengan hatiku yang tak akan pernah berubah bahkan berpaling darimu, bidadari tak bersayap, Liverpool.


Written By: @redzkop
Read more ...

17 February 2014

Ceritanya...


Apa sih? Apa yang terjadi seminggu lalu? Jika pertanyaan itu membawa anda untuk menjawab “Oh, saya resmi jadian sama si dia”(memang pada saat itu lagi bertepatan dengan malam minggu), terlepas dari sentiment saya sebagai seorang lajang sebaiknya anda simpan saja memori itu sendiri. Namun, sebagai fans Liverpool pastinya anda mengetahui apa yang terjadi pada Sabtu 8 Februari 2014. Seminggu lalu. Tak diduga dan diluar ekspetasi memang,seminggu lalu tepat kita diluar dugaan menghajar penguasa klasemen pada saat itu, Arsenal dengan skor telak 5-1. Iya, 5-1.

Bermain di Anfield rasanya tidak cukup menjamin (untuk meraih kemenangan atas Arsenal minggu lalu), bahkan perasaan “Kalah sebelum Perang” sudah menggelayuti benak para fans Merseyside Merah sebelum hari-H pertandingan. Rekor bagus Arsenal yang tak pernah kalah di Anfield sejak 2006/07 akhirnya tumbang dengan indah. 5-1. Iya, skor akhir 5-1 untuk tuan rumah, tim tercinta Liverpool FC. Rodgers tau betul bagaimana cara mengakhiri hoodoo (rekor buruk) dengan meninggalkan kesan. Sebelumnya kita tau bahwa LFC tak pernah menang lawan Tottenham Hotspur di White Hart Lane dalam 5 pertemuan terakhir di liga. Desember silam, Rodgers berhasil mengakhirnya dengan cara yang luar biasa dengan membawa tim menang 5-0. Hasil yang sontak membuat AVB kehilangan pekerjaannya secara instan dan digantikan oleh seorang manager yang sebenarnya lebih mirip guru penjaskes yang pervert bernama Tim Sherwood.

Minggu ini, kita akan dihadapkan kepada lawan yang sama. Iya, yang kita kalahkan 5-1 itu, Arsenal. Namun diajang yang berbeda, di babak 16 besar Piala FA. Seusai away day ke Craven Cottage menghadapi tuan rumah Fulham, dimana kita sukses menggondol poin tiga lewat kemenangan tipis 3-2 yang ditentukan oleh eksekusi titik putih Sang /|8|\ di menit2 akhir. Tim akan meneruskan perjalanan dari London Barat menuju ke Utara, ke Emirates Stadium markas Arsenal. Jelas, minggu padat tengah dijalani oleh Stevie G dkk saat ini.

Namun, kondisi sekali lagi akan berbeda. Selain karna faktor kandang, Klub sebesar Arsenal jelas akan cepat Move on dari memori buruk yang mereka alami tepat seminggu lalu. Duet gelandang “magis” mereka, Mesut Ozil dan Santi Cazorla dikabarkan telah kembali pulang ke Bumi Meriam setelah terakhir kali mereka tengah melakukan pemanasan sebelum pertandingan di Anfield minggu lalu, setelahnya mereka menghilang entah kemana. Benar-benar “Magician” dalam pengertian yang sebenarnya.

Jack Wilshere, jika dimainkan nanti jelas akan dimainkan sebagai seorang box-to-box midfielder sebagaimana Wenger dan fans Meriam harapkan dari dirinya. Tidak seperti minggu lalu dimana ia bermain sebagai Pocket-to-Pocket midfielder, lantaran menghabiskan waktunya lebih banyak didalam saku belakang rekan sejawatnya, Jordan Henderson dan idolanya, Steven Gerrard secara bergantian pada minggu lalu. Mertesacker dan Koscielny kabarnya sudah sepakat untuk berbicara satu bahasa pada pertandingan nanti melawan kita, entah bahasa apa itu. Tidak seperti minggu lalu ketika mereka berdua kelihatannya saling mencoba berkoordinasi dan berkomunikasi namun gagal total. Nacho Monreal a.k.a Andre Santos dari Spanyol (begitu teman gooner saya menyebutnya setelah pertandingan minggu lalu), kemungkinan akan coba diganti perannya oleh First choice left back, Kieran Gibbs. Si penjaga gawang dengan nama yang susah dilafalkan dan diketik tanpa menggunakan bantuan Google, berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari lelucon yang sama pada dirinya. Untuk menghindari tengsin ketika ia ditanyai “pukul berapa sekarang?” oleh orang sambil lalu. Berkaca pada hasil minggu lalu, jawabnya : Five past Szczesny.

Sudah ah, pada akhirnya seperti apa yang Brendan Rodgers ungkapkan selepas derby Merseyside 28 Januari silam bahwa momen2 indah kala bersua rival boleh saja dibanggakan dan terus diingat, namun tidak perlu secara berlebihan. “This is a humble club. So, no need to make a DVD of it.” Ups.
Stevie cs harus menatap laga esok layaknya sebuah lembaran baru. Tanpa mengesampingkan fakta bahwa mereka adalah tim yang sama yang kita bobol 5 kali berbalas satu pada minggu lalu.
Para pemain memang harus sejenak melupakan (skor 5-1 tersebut). Namun, bagi kita para fans, ah rasanya tak wajib. Ceritanya, seminggu lalu, lawan Arsenal…kita menang 5-1. Iya, 5-1.

*Ps : Artikel ini ditulis Sabtu malam, 15 Februari 2014. Hari H-1 pertandingan dan hari H+1 Valentine,hari “kasih sayang” berkedok misi dagang para penjual bunga dan produsen cokelat*

Written by: @demas_sasongko
Read more ...

6 February 2014

What a Miss, Liverpool!



Sepak bola adalah permainan yang cukup emosional. Khusus untuk penonton dan suporter, tak jarang jantung kita dibuat berhenti sejenak karena satu momen. Ketika seorang striker sudah one on one dengan kiper lawan, dan gagal mencetak gol. Kekecewaan menyeruak. Atau saat sebuah gol datang di masa akhir pertandingan.

Mungkin sudah terlanjur larut dan terlambat untuk membicarakan satu fokus ini. Tetapi kekecewaan yang terbang ke langit bebas, untuk saya pribadi, menjadi alasan utama munculnya karya singkat ini. Yevhen Konoplyanka. Remember The Name? Sebuah nama yang mungkin tadinya sulit dilafalkan, hingga akhirnya anda dapat menuliskannya dengan sempurna di luar kepala.

Liverpool bermain super pragmatis di bursa transfer musim dingin. Namun, The Reds mencoba melakukan Blitzkrieg (serangan balik kilat) pada menit terakhir. Harapannya jelas, bisa meniru cara Arsenal mendapatkan Mesut Ozil musim panas lalu. Incaran The Reds di tiga hari terakhir bursa memang tak memiliki faktor kebintangan sebesar Ozil, tapi, winger sebuah klub bernama Dnipro Dnipropetrovsk tersebut, jelas berkualitas.

Penyabet ban hitam karate ini bisa dibilang selangkah lagi bergabung dengan Liverpool. Sayang, hal tersebut gagal terealisasikan. Entah siapa yang salah ketika anda melihat dua pernyataan berbeda antara Dnipro dengan The Reds. Kekecewaan pemain yang dianggap sebagai "The Best Ukraine Player after Andriy Shevchenko" ini jelas terlihat setelah pernyataannya terlontar di media.

"Not at all upset! Well, I will not hide it, there is a little resentment. But, life goes on. I need to treat this like a sleep. I woke up and carried on. I will search for the next dream. I hope that everything will turn out okay," ucap pemain berusia 24 tahun tersebut.

Ya, Liverpool sudah menyetujui klausul penjualan sang pemain dan dianggap sudah sangat dekat untuk mendatangkannya. Seperti seorang pemain yang one on one dengan kiper dan tinggal mencetak gol di masa injury time, tapi tendangan tersebut malah missed dan keluar jalur.

Anda bisa membayangkan perasaan Konoplayanka yang sudah antusias memulai karier di luar negaranya dan dikecewakan di menit terakhir. Meski Direktur Dnipro mengatakan Liverpool 1000 persen akan kembali mencoba menggaetnya musim panas nanti, tak ada yg pasti dalam sepak bola, selama belum ada hitam di atas putih. Apalagi Liverpool adalah target pembajakan bagi tim-tim lawan. Tim yg mungkin paling mudah ditikung soal transfer pemain.

Dia tak sehebat Cristiano Ronaldo atau Juan Mata memang, tapi levelnya jelas setara dengan incaran-incaran Liverpool pada musim panas yang gagal macam Henrikh Mkhitaryan dan Willian. Pun lebih baik dengan Mohamed Salah (meski dia dianggap opsi kedua karena Liverpool gagal menggaet winger Mesir itu).

Banyak orang mengatakan bahwa Merseyside Merah juga tak membutuhkan winger tambahan. Adalah Bek Kiri, Bek Kanan, dan Gelandang Bertahan yang krusial saat ini. Mungkin mereka berpikir Philippe Coutinho dan Raheem Sterling sudah cukup berkualitas dengan back-up kelas dunia macam Victor Fuckin Moses (Sang pemain terbaik Afrika) dan Iago Aspas, Okaay, then.

Jujur, dari hati yang paling dalam, saya menjadi sosok yang sangat kecewa akan kegagalan ini. Mungkin saya tak terlalu memerlihatkannya pas hari H deadline tersebut. Tetapi, kegagalan ini sama rasanya dengan patah hati. Apalagi melihat prosesnya yang hampir selesai dan deal.

Saya memiliki kekaguman yang cukup mendalam kepada Konoplyanka sejak dua tahun lalu. Sama dengan kekaguman kepada pemain selain Liverpool seperti Marco Verratti dan Emre Belozoglu. Melihat sosok yang mampu bermain di tiga role berbeda di belakang striker tersebut, hampir bergabung dengan klub yang anda cintai, dan gagal, rasanya sungguh luar biasa.

Menilik dari pertandingan antara Ukraina vs Inggris dua tahun lalu di Wembley dalam pagelaran kualifikasi Piala Dunia 2014, tentu kualitas Konoplyanka tak perlu diragukan. Seorang diri sang pemain mengacak-acak timnas paling Overrated sedunia itu. Kono pun mencetak gol semata wayang yang membuat skor akhir menjadi 1-1.



Pun winger satu ini menjadi nyawa permainan Ukraina dan satu-satunya pemain andalan Dnipro yang membawa timnya menembus empat besar, bersaing dengan Shakhtar Donetsk, Dynamo Kyiv, dan Metalist Kharkiv.

Anda tak tahu apa yang akan terjadi musim panas nanti, apakah harapan palsu atau kemenangan hati  yang menjadi akhir. Ingat, pelatih Dnipro adalah Juande Ramos, mantan manajer Tottenham Hotspur. So, Liverpool patut waspada jika masih berupaya menggaet winger ini. Jika pada akhirnya sang pemain memilih klub lain, sungguh kerugian yang cukup menyakitkan untuk kubu Anfield, What A Miss!

Written By: Redzi Arya Pratama (@redzkop)
Read more ...