17 January 2016

Jangan Lengah, Mignolet



Jangan lengah, Mignolet!


Rocky Balboa
: He's just another fighter!
Mickey: No he ain't just another fighter. This guy is a wrecking machine and he's hungry! Hell, you ain't been hungry since you won that belt!

                Mickey, sang mentor, guru, dan ayah bagi Rocky, jelas telah mengingatkan beliau tentang kelemahannya. Di mata Mickey, jelas sudah terlihat bagaimana ia tampak telah sangat berubah sejak kemenangan dramatisnya saat melawan Apollo Creed yang penuh dengan semangat itu. Namun, apa lacur, peringatan Mickey tak diindahkan: Rocky telah terbuai dengan kejayaannya sendiri.

Sayang seirbu kali sayang, musuh yang dilawan jelas bukan yang ia selama ini duga. Clubber Lang, sang karakter antagonis bagi Rocky, mampu mengalahkan Rocky dengan beberapa kali jab telak mengarah ke wajah. Tanpa daya, Rocky menelan pukulan itu. Pukulan-pukulan dari lengan kirinya tak mampu membuat ia unggul, sementara dirinya kian dibuat lebam oleh Clubber Lang. Akhirnya, Clubber Lang tertawa merayakan kesombongan Rocky, sementara Rocky hanya bisa mengadah ke atas, sembari memikirkan seberapa bodoh dirinya.

                Alur film Rocky III ini jelas membekas di benak saya. Mungkin agak sedikit sesal muncul bagi saya,  karena baru menyaksikan film sebagus ini di tahun 2016. Akan tetapi, jelas kemudian saya menyadari bahwa semua kenikmatan mampu menjadi bumerang bagi kita, terutama saat kita kehilangan rasa lapar dan hasrat untuk selalu unggul itu sendrii.

                Dalam kaitannya dengan kisah Rocky tersebut, saya sendiri sedang menyaksikan hal yang sama terjadi pada Simon Mignolet.  Menyaksikan Mignolet terkadang begitu menyebalkan. Dan yang tak kalah menyebalkan, menyaksikan dirinya membela diri, dengan catatan statistik 16 kali cleansheet tahun lalu, ataupun menyaksikan dirinya mengatakan we all do mistakes, yang sempat mencuat di linimasa saya dari sebuah artikel yang dikeluarkan oleh The guardian.

                Jelas kesombongan itu sedang menyelimutinya, dan tak ada yang lebih menyebalkan daripada soerang yang sombong akan kelemahannya. Jika boleh dibilang, fase pecundangnya Mignolet ini lebih parahlah dari Rocky.Rocky jelas dipecundangi setelah meraih world heavyweight champions, sedangkan Mignolet hanya bangga dengan posisi kiper utama saat ini.

                Maksud saya, ya, memang 16 kali ia menjaga cleansheet, dan ia bangga akan itu. Akan tetapi, bila boleh jujur, penampilannya jelas jauh dari meyakinkan. Saya jelas kaget, saat menyimak sendiri catatan statistiknya mengungguli kiper macam Cech ataupun De Gea, atau Courtouis, yang jelas rasanya lebih wajar daripada Simon Mignolet.

                Mignolet jelas bukanlah lagi kiper yang tampak lapar. Ia bukanlah kiper yang seringkali menyelamatkan muka Sunderland di musim 12/13. Ia bukan lagi kiper yang membuat kopites terkagum akibat penyelamatannya di awal musim 13/14. Ia tak tampak seperti kiper yang haus, karena memang tak ada lagi lawan yang harus ia taklukkan.

                Tak jarang, saya terkadang merasa was-was karena memiliki kiper macam Simon Mignolet. Dan tak lebih was-was lagi, menyaksikan persaingan kiper itu sendiri hanya menyisakan dirinya dan Adam Bogdan, beserta Danny Ward sebagai cameo. Jika memainkan Bogdan, jelas Mignolet merasa dirindukan. Dan memainkan Danny Ward? Meski ia merupakan salah satu kiper terbaik SPL musim ini, namun nampaknya kesempatan itu pula takkan buru-buru diberikan.

                Dengan segala keuntungan ini, wajar Simon Mignolet merasa terbuai. Dan wajar pula, jika kemudian kita menyaksikan ia terbengap macam Rocky yang dihajar Clubber Lang di Rocky III. Dan tenang, semua bisa lebih buruk. Simon Mignolet saat ini bangga, bahwa ia sudah dihajar oleh striker lawan, dan bangga melihat rasa frustasi kita. Dan dalam buaiannya ini, bukan tak mungkin kesabaran Juergen Klopp habis, dan menggantikannya dengan kiper lebih muda.


                Ya, kenikmatan memang membuai.  Namun ia pula akan menghancurkan. Maka dari itu, pesanku untuk Mignolet: jangan lengah. Sudah itu saja. Salam.

Writtern by : @utamaarif

Picture courtesy of : Theguardian.com on article"Nobody's Perfect. We All Make Mistakes" by Daniel Taylor (15 January 2016)

No comments:

Post a Comment