25 September 2013

Juara? You must be kidding!



Menjadi juara Liga Inggris adalah sesuatu yang tak pernah terlintas di otak para liverpudlian, the kop, the wools atau apapun sebutan untuk pendukung Liverpool sebelum musim ini bergulir. Tapi tiga kemenangan beruntun di awal musim, meskipun dengan permainan yang tidak cukup baik (pas-pas an), membuat para pendukung Liverpool mulai ngelamun jorok dengan membayangkan Steven Gerrard mengangkat trofi Premier League dan bermandikan confetti di akhir musim.

Apalagi melihat jadwal pertandingan Liverpool lima pekan setelahnya yang (katanya) winnable. Yes, this year could be ours!. Tapi supporters Liverpool lupa jika tim kesayangannya selain paling jago membuat jantung supporternya berdetak lebih cepat dari gebukan drum Travis Barker juga menjadi tim paling inkonsisten di dunia. Ya, setelah tiga pertandingan menang dengan cara membuat supporternya sport jantung (baca: susah payah) , bahkan melawan tim medioker sekalipun, Manchester United, Liverpool perlahan mulai menunjukan inkonsistensinya setelah bermain imbang vs Swansea dan kalah lawan Southampon, tim yang juga terakhir kali mengalahkan Liverpool musim lalu.

Harus diakui, Liverpool adalah tim dengan materi pemain paling jelek dari anggota big six lainnya. Ketika tim lain memiliki marquee player signing  seperti Willian, Soldado, Fellaini, Jovetic, dan Ozil, Liverpool hanya bisa melabeli marquee player kepada Mamadou Sakho. Saya tidak meragukan kemampuan Sakho, hanya saja keengganan Liverpool untuk memboyong attacking player dengan harga mahal sehingga membuat Sakho yang hanya berharga sekitar 18 juta pounds menjadi pemain termahal Liverpool musim ini membuat saya dan pasti semua pendukung Liverpool sedikit pesimis sebelum musim bergulir.

Bagaimana tidak? Jika tim–tim big six lainnya membeli attacking player yang sebagian sudah disebutkan diatas, liverpool hanya membeli Iago Aspas dan Luis Alberto. Mereka bukan pemain yang bisa langsung mengisi starting line up Liverpool. Dan cedera Coutinho pun membuat materi dan kedalaman skuad Liverpool yang memang sudah tipis menjadi makin tipis, lebih tipis dari tisu gulung di toilet. Tanyakan pada Steven Gerrard dan Lucas Leiva bagaimana lelahnya bermain setiap menit dan setiap pekan karena tak ada pengganti yang sepadan di posisi mereka. Menepinya Coutinho sampai akhir Oktober juga membuat serangan Liverpool minim kreativitas, tak ada pemain lain yang mempunyai visi yang bagus untuk membuat umpan-umpan terobosan selain dia. Siapa lagi yang bisa diandalkan untuk menyuplai bola ke lini depan? Gerrard?, posisinya yang lebih dalam dari Coutinho membuat umpan-umpan langsungnya kepada striker lebih mudah terbaca dan terpotong.

Untungnya performa menawan Mignolet bisa menutupi kinerja buruk  lini depan dan membuat Liverpool tidak kebobolan banayak sehingga mampu mendulang poin di empat laga awal. Tanpa Mignolet, pendukung Liverpool mungkin tak akan pernah melamun jorok dengan berfantasi liar kalau Liverpool akan juara. Tanpa Mignolet pula Liverpool mungkin sudah berada di luar 10 besar.

Dengan keadaan memprihatinkan seperti ini, orang-orang yang awalnya optimis Liverpool bisa juara pun mulai waras. Jangankan juara, untuk masuk posisi empat besar pun butuh kerja keras sembari berharap para rival terpeleset. Arsenal dan Tottenham Hotspur, dua tim teratas di klasemen sementara yang notabene  pesaing Liverpool untuk memperebutkan satu pos terakhir  di klasemen untuk Liga Champions terlihat semakin mengerikan dan berbahaya. Belum lagi Chelsea dan Manchester City yang perlahan mulai menunjukan kelasnya sebagai tittle contender.

“You must be kidding” ditujukan untuk orang-orang yang percaya jika Liverpool mampu menjuarai Premier League musim ini.  Dan jika Liverpool juara *finger crossed*, maka anggap saja tulisan ini adalah kidding karena meragukan kalau Liverpool bisa juara.


@oka10prabawa

2 comments:

  1. YOU MUST BE KIDDING DUDE !

    ReplyDelete
  2. PERCAYA GAK PERCAYA, LIVERPOOL PASTI JUARA LIGA INGGRIS MUSIM INI! 8-)

    ReplyDelete