6 May 2014

Hope!


Untuk kamu yang kelahiran 90’an seperti saya, coba tanyakan pada logikamu “apalah hebatnya mencintai Liverpool?” Jika Liverpool boleh diumpamakan sebagai seorang lelaki, bisa dibilang, lewat sudah masa emasnya. 



Setelah 2008, saya sebagai  wanita-nya Liverpool sudah membiasakan diri mencintai lelaki medioker selama kurang lebih 5 tahun lamanya. Selama itu pula, mereka yang diseberang selalu berkata, “ah sudahlah Liverpool mah bakal gitu-gitu aja. Kenapa gak memilih berpaling untuk menjadi seperti kami? Hidup tentaram dengan om-om kaya”.


Cinta. Ya cuma cinta! Jangan tanyakan alasan lainnya. Karna semakin anda paksa saya mendeskripsikannya, maka saya hanya akan semakin terbata-bata. Karna cinta itu semakin dipikirkan, malah semakin menghilang bentuknya. 

Tak hanya peforma pemain, cinta pun memiliki grafik tertentu. Tak percaya? Tanyakan pada mereka yang sudah berpacaran lebih dari 5 tahun. Tak selamanya grafik cinta itu bergerak menanjak. Ada kala dimana grafik tersebut bergerak turun mencapai titik terendah, titik paling jenuh. Namun 2013/14, Brendan Rodgers dan skuat mininya secara tiba-tiba mencoba menjawab cinta dari hati ini. Senyum sumringah tanpa balutan kejemawaan di setiap awal pekan terus-menerus dihadirkan Liverpool. Hingga satu pekan tiba, dimana semua menjadi biru. Dimana logika menjadi sangat berantonim dengan cinta. Logika seakan terus menyerang dengan senjata bernama kekhawatiran. Namun logika bukanlah musuh cinta.

Logika dan hati adalah dua hal yang membantu perkembangan cinta dari waktu ke waktu dalam pribadi kita masing-masing. Sejak kita lahir, cinta terus berevolusi hingga kita menua kelak. Cinta anak kecil berbeda dengan cinta masa SMA, cinta masa SMA jauh berbeda dengan masa dewasa. Cinta masa Tua? Saya belum sampai ke tahap itu.

Logika disisi kiri dan hati di sisi kanannya cinta. Dalam proses menuju dewasa, logika semakin terlihat lebih dominan peranannya daripada hati. Logika terus berusaha membentuk konsep tentang cinta. Sedangkan hati terkesan pasif. Tidak, fenomena ini tidak hanya berlaku bagi kaum pria, tetapi juga berlaku untuk kaum wanita. Saya adalah salah satu penganut bahwa lelaki perempuan sama saja dalam hal cinta. 

Tak mungkin ada istilah “cewek matrek, cewek mata duitan”, tak mungkin pula bisa lahir kalimat “lelaki bego, masih banyak cewek di dunia ini”. Banyak lelaki kehilangan wanita hebat hanya karna masalah visual, banyak wanita kehilangan lelaki hebat hanya karna ketamakan. Bukankah logika lebih mengambil banyak peran dalam kasus tersebut dibandingkan si hati. Namun sekali lagi, logika bukanlah antitesis cinta. 

Pada banyak kesempatan, logika membuat kita sangatlah dekat dengan jurang ketakutan. Tapi pada saat-saat seperti itulah kita harus bersyukur memiliki logika. Karna logikalah kita masih bisa memiliki rasa takut. Karna manusia tanpa rasa takut, adalah manusia tanpa harapan. Saat kita terjatuh dalam jurang ketakutan dan kekhawatiran, hati (yang pasif tadi) tetibanya datang membangun bukit harapan dari dasar jurang tersebut hingga mencapai langit. Bukankah di dunia ini, hanya hati seorang wanita yang dapat mengubah lelaki paling menyedihkan menjadi lelaki paling tangguh didunia. Sayangnya tak banyak wanita yang demikian. Kebanyakan mereka lebih memilih pasrah menyerah pada logika. Maka dari itu, tak terlalu banyak pula lelaki tangguh di dunia ini.

Kekalahan dari Chelsea, kemenangan City atas Everton seakan memperkuat posisi logika. Tapi bagi saya, cinta ini menyoal membangun bukit harapan di tandusnya tanah di dasar lembah kekhawatiran. Kalaupun tak bisa di dunia nyata, maka dalam mimpi pun tak apa. Karna mimpi adalah wadah terbaik bagi harapan, karna disana rasa takut dan khawatir sudah dikebiri.
           
            Walk on! Walk On!
            With HOPE in your heart
            And You’ll Never Walk Alone.

Jadi sepekan ini, kemanakah kamu akan mengarahkan cintamu? Ke arah logikamu, atau ke arah hatimu?

Written by: @rendybascou

2 comments:

  1. galau min..

    ReplyDelete
  2. Mau seperti apapun kalau sudah cinta kadang lupa sama logika, ibarat pacaran; nggak bisa makan enak direstoran ya makan bareng diangringan :-)
    #YNWA

    ReplyDelete